BAB
I
LANDASAN
TEORI
i.
Mempengaruhi Perilaku
A.
Definisi Pengaruh
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengaruh adalah daya yang ada dan timbul
dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau
perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas telah dikemukakan sebelumnya
bahwa pengaruh adalah merupakan sesuatu daya yang dapat membentuk atau mengubah
sesuatu yang lain. Wiryanto mendefinisikan pengaruh sebagai tokoh formal maupun informal di dalam
masyarakat, mempunyai ciri lebih kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan
aksesibel dibanding pihak yang dipengaruhi. Sedangkan, menurut Becker engaruh
adalah kemampuan yang terus berkembang yang berbeda dengan kekuasaaan
tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan.
Selanjutnya,
Barry berpendapat bahwa pengaruh adalah suatu tipe kekuasaaan yang jika seorang
yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertemtu, dapat dikatakan terdorong
untuk bertindak demikian, sekali pun ancaman sanksi yang terbuka tidak
merupakan motivasi yang mendorongnya. Kemudian, menurut Roberts & Gilbert,
pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang ketika mereka tidak
memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan.
B.
Pengertian Perilaku
Perilaku
adalah keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya
yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.
Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Menurut Ensiklopedi
Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap
lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan,
dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku
tertentu pula.
C.
Mempengaruhi
Perilaku
Perubahan
perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari prinsip belajar
yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku maladaptif (Fisher & Gochros,
1975).
Pada
saat akan mempengaruhi perilaku sesorang terlebih dahulu perlu adanya perubahan
yang akan dilakukan oleh pengubah kepada seseorang. Perubahan adaah suatu
proses emosional yang sangat tinggi yang menimbulkan suatu harapan agar membawa
suatu perbedaan dengan cara
memperlakukan logika sebagai sesuatu yang berguna tetapi merupakan alat yang
terbatas kekuatannya untuk mengubah.
Para
pengubah perilaku, terutama apabila mereka menduduki posisi sebagai atasan,
biasanya merasa bahwa tanggung jawab untuk berubah harus terletak semata-mata
pada mereka.
D.
Model
Mempengaruhi Orang Lain
Cara mempengaruhi orang
lain dengan dasar Pendekatan komunikasi persuasi dikemukakan oleh Aristotle
yang menyatakan terdapat 3 pendekatan dasar dalam komunikasi yang mampu
mempengaruhi orang lain, yaitu;
1.
Logical
argument (logos),
yaitu penyampaian ajakan menggunakan argumentasi data-data yang ditemukan. Hal
ini telah disinggung dalam komponen data.
2.
Psychological/emotional
argument (pathos), yaitu
penyampaian ajakan menggunakan efek emosi positif maupun negatif. Misalnya,
iklan yang menyenangkan, lucu dan membuat kita berempati termasuk menggunakan
pendekatan psychological argument dengan efek emosi yang positif. Sedangkan
iklan yang menjemukan, memuakkan bahkan membuat kita marah termasuk pendekatan
psychological argument dengan efek emosi negatif.
3.
Argument
based on credibility (ethos), yaitu ajakan atau
arahan yang dituruti oleh audience
karena komunikator mempunyai kredibilitas sebagai pakar dalam bidangnya.
Contoh, kita menuruti nasehat medis dari dokter, kita mematuhi ajakan dari
seorang pemuka agama, kita menelan mentah-mentah begitu saja kuliah dari dosen.
Hal ini semata-mata karena kita mempercayai kepakaran seseorang dalam
bidangnya.
Menurut Burgon &
Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar
komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih efektif yaitu agar
lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa pendekatan itu antaranya
:
1.
Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu
mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebagai bukti argumentatif agar
berkesan lebih kuat terhadap ajakan.
2.
Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu
menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience
atau komunikate dengan tujuan
mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator. Misalnya, bila
terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah maka pemerintah dengan
pendekatan ketakutan dapat mempersuasi masyarakat untuk mencegah DBD.
3.
Pendekatan berdasarkan humor, yaitu
menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan
masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif. Contoh,
iklan-iklan yang menggunakan bintang comedian atau menggunakan humor yang
melekat di hati masyarakat.
4.
Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu
menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience/komunikate dengan tujuan membuat efek
emosi positif atau negative.
E.
Bagaimana
Mempengaruhi Orang Lain : Berbagai Model
1.
Wewenang
Suatu
kekuasaan ekstra yang potensial, yang diberikan oleh pihak ketiga(yaitu
organisasi) kepada beberapa anggotanya dengan maksud untuk menjamin suatu
pembagian kekuasaan yang tidak sama; dengan kata lain agar memberikan kepastian
bahwa beberapa orang adalah sebagai kepala dan yang lain sebagai bawahan.
2.
Taktik Kekuasaan, tekanan dan paksaan
Taktik-taktik
kekuasaan yang memaksa sebagai mekanisme pengaruh. Biasanya bergantung kepada
pengurangan (atau ancaman pengurangan) terhadap sarana-sarana pemuasan
kebutuhan orang lain, disertai dengan suatu tuntutan perubahan perilaku.
3.
Manipulasi (model licik untuk
mempengaruhi)
Suatu
kekuasaan yang perlu dipertanyakan dan bersifat merendahkan diri. Mempengaruhi
sesorang atau kelompok dengan tujuan untuk mengubah perilaku atau persepsi
orang atau kelompok secara licik.
4.
Model kerjasama (mempengaruhi tanpa
wewenang atau paksaan)
Sebagai
suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai satu atau tujuan bersama (Soekanto, 1990) kerjasama (cooperation) adalah
suatu usaha atau bekerja untuk suatu
hasil (Baron & Byane, 2000)
F.
Faktor
Dalam Mempengaruhi Perilaku Orang Lain
a. Faktor
Internal
Tingkah laku manusia
adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam
dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan,
jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor
tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
1. Jenis
Ras atau Keturunan
Setiap
ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas
ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri
perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol
dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong
royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian
pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
2. Jenis
Kelamin
Perbedaan
perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan
pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa
dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian
tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang
laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3. Sifat
Fisik
Kretschmer
Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya.
Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis.
Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak
teman
4. Kepribadian
Kepribadian
adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang
digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik
yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan
kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu.
Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap
perilaku sehari-harinya.
5. Intelegensia
Intelegensia
adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku
individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi
oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat
bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan
6. Bakat
Bakat
adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan
khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya
berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.
b. Faktor
Eksternal
1. Pendidikan
Inti
dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses
belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian
pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan
rendah.
2. Agama
Agama
akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang
diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3. Kebudayaan
Kebudayaan
diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku
seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada
kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang
Papua.
4. Lingkungan
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan
perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan
bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan
lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
5. Sosial
Ekonomi
Status
sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi perilaku seseorang.
ii.
Wewenang
A. Pengertian Wewenang
Wewenang
adalah suatu bentuk kekuasaan, sering kali dipergunakan secara lebih luas untuk
merujuk kemampuan manusia menggunakan kekuasaan sebagai hasil dari ciri-ciri
seperti pengetahuan atau gelar seperti hakim. Terutama, wewenang formal adalah
kekuasaan sah. Wewenang formal adalah tipe kekuasaan yang kita hubungkan
dengan struktur organisasidan manajemen. Kekuasaan itu berdasarkan pengakuan
keabsahan usaha manajer untuk menggunakan pengaruh. Menurut Terry, wewenang adalah kekuasaan resmi dan
kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak lain, supaya bertindak dn taat kepada
pihk yang memiliki wewenang itu. Allen berpendapat bahwa wewenang adalah
sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu
jabatan. Kemudian, Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menyatakan bahwa wewenang (Authority) merupakan dasar untuk
bertindak, berbuat, dan melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan.
Tanpa wewenang orang-orang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa.
B. Jenis Wewenang
1. Wewenang
Lini (line authority)
Wewenang
lini adalah wewenang manajer yang bertanggu jawab langsung, di seluruh rantai
komando organisasi, untuk mencapai sasaran organisasi. Wewenang lini diwujudkan
dengan rantai komando standar, mulai dari dewan direktur sampai tempat
aktivitas dasar organisasi dilaksanakan. Wewenang lini terutama didasarkan pada
kekuasaan sah. Misalnya, manajer perusahaan manufaktur mungkin membatasi fungsi
lini pada produksi dan penjualan, sedangkan manajer di departement store,
dengan elemen kunci adalah pembelian,akan mempertimbangkan departemen pembelian
dan departemen penjualan sebagai aktivitas lini. Kalau sebuah perusahaan kecil,
semua posisi mungkin mempunyai posisi lini.
2. Wewenang
Staf (staff authority)
Wewenang
staf adalah kelompok individu yang menyediakan saran dan jasa kepada manajer
lini. Staf memberikan berbagai tipe bantuan pakar dan saran kepada manajer.
Wewenang staf terutama didasarkan pada kekuasaan keahlian. Staf dapat
menawarkan manajer lini saran perencanaan lewat penelitian, analisis, dan
pengembangan pilihan. Staf dapat juga membantu dalam implementasi kebijakan,
memonitor, dan kendali; dalam masalah legal dan keuangan; dan dalam desain dan
operasi sistem pemrosesan data. Misalnya, rekan dalam banyak kantor
pengacara menambah anggota staf untuk melaksanakan “sisi bisnis” dari
kantor tersebut. Kehadiran dari spesialis ini membebaskan pengacara untuk
mempraktekan ilmu hukum, fungsi lini mereka.
C.
Kenapa
wewenang sangat penting bagi seseorang?
1. Wewenang
merupakan dasar hokum bagi seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan atau
tugas-tugasnya.
2. Wewenang
selalu akan menciptakan power, right, dan responsibility.
3. Wewenang
menyebabkan perintah-perintah manajer dipatuhi dan ditaati.
4. Wewenang
menyebabkan tolok ukur kedudukan, sifat pekerjaan, dan tanggung jawab seorang
karyawan dalam perusahaan.
5. Wewenang
menjadi batas apa yang boleh dikerjakan dan apa yang tidak boleh dikerjakan
seseorang.
6. Wewenang
merupakan kunci pekerjaan material.
BAB II
PEDOMAN WAWANCARA
I.
Subjek
A. Identitas
Subjek
1. Nama :
2. Jenis
kelamin :
3. Usia :
4. Tempat
Tinggal :
5. Pekerjaan :
6. Jurusan
/ Instansi :
B.
Daftar
Pertanyaan
1. Organisasi
apa yang sedang diikuti?
2. Apa
jabatan di organisasi tersebut?
3. Apa
motivasi Anda menduduki jabatan tersebut?
4. Salah
satu tujuan mengikuti organisasi adalah meningkatkan kemampuan dibidang yang
dituju. Sebagai ketua, bagaimana cara supaya anggota dapat meningkatkan
kemampuan tersebut?
5. Bagaimana
cara berkoordinasi dengan anggota yang lain?
6. Apakah
Anda pernah mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan?
7. Bagaimana
cara Anda meyakinkan anggota organisasi untuk menerima keputusan yang Anda
buat?
8. Bagaimana
cara menyikapi apabila program kerja tidak sesuai dengan rencana awal?
9. Adakah
keharusan merealisasikan program kerja?
10. Bagaimana
jika program kerja yang telah disusun tidak sesuai dengan rencana awal?
11. Adakah
sanksi yang diberikan kepada anggota yang melanggar aturan organisasi?
12. Biasanya
anggota melakukan pelanggaran dalam bentu apa saja?
13. Dalam
mencapai tujuan bersama, adakah suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut?
HASIL WAWANCARA (VERBATIM)
A. Identitas Subjek
1. Nama : Muhammad Reza
2. Jenis
Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 20 tahun
4. Asal : Jambi
5. Status : Single
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Instansi/jurusan : Universitas Indonesia/Sistem
Informasi
B.
Verbatim
Interviewer :
“Selamat malam apa kabar?”
Interviewee :
“Alhamdulillah baik, bagaimana dengan
Anda?”
Interviewer :
“Alhamdulillah baik. Boleh perkenalan
diri dulu namanya
siapa?”
Interviewee :
“Boleh, nama saya Muhammad Reza, jenis kelaminnya
laki-laki,umur saya sekarang 20 tahun alhamdulillah lajang, tempat tinggal
itu asalnya dari Jambi dan pekerjaan sebagai mahasiswa sekarang eh... sekarang
sedang kuliah di perguruan tinggi Universitas Indonesia jurusan Sistem
Informasi.”
Interviewer : “Ouu begitu ya... aaa apa Reza ini
aktif di sebuah
organisasi?”
Interviewee : “Aaa saya aktif di cukup banyak
organisasi yah... dan
salah
satunya itu namanya Future Leader Anti
Corruption di Indonesia dimana saat ini saya sedang menjabat sebagai ketua
di organisasi tersebut.”
Interviewer : “Sebenernya apasih motivasi Reza
menduduki jabatan
tersebut?”
Interviewee : “Mungkin motivasinya bukan di jabatan
ya tetapi kenapa
saya bergabung
di Future Leader Anti Corruption di
Indonesia tersebut karena nyatanya gerakan anti korupsi jaman sekarang itu
masih sedikit kan? Dan terjadinya insidental. Future Leader Anti Corruption ini bergerak bukan karena masalah
tetapi bergerak dengan niat supaya kita menjerumuskan ya orang-orang dan
anak-anak ataupun target kita supaya peduli dan sadar apa itu nilai-nilai anti
korupsi bukan sadar akan masalah apa saja yang ditimbulkan oleh anti korupsi
tetapi bagaimana cara kita menghentikan korupsi itu semenjak awal dan wujud
konkretnya saya bergabung di organisasi ini.”
Interviewer : “Tapi kan untuk bergabung di salah
satu organisasi ini kan
salah
satu tujuannya itu mengikuti organisasi adalah meningkatkan kemampuan di bidang
yang dituju, ini yang termasuk untuk tujuan internalnya yah... sebagai ketua,
bagaimana cara Anda supaya aanggota dapat meningkatkan kemampuan tersebut?”
Interviewee : “Ah kalo menurut saya sih di dalam
organisasi namanya
organisasi
ya seharusnya dibentuk sebagai organisasi yang berbasis learning organization dimana setiap anggota maupun ketua ataupun
kepala divisi semuanya belajar dari siapapun, baik dari bawahan ataupun dari
atasannya. Oleh karena itu, saya membuat lingkungan dalam organisasi ini
menjadi lebih dinamis. Dimana setiap orang tuh berhak menyampaikan pendapat dan
berhak juga menjabat atau memiliki tanggung jawab yang besar bahkan lebih besar
dibanding dengan ketuanya. Dan satu lagi, selain untuk mengembangkan mereka itu
apa aja ya... pancing aja inisiatif setiap orang, kita tampung inisiatif jangan
memberi imitasi kepada setiap anggota. Oleh karena itu, organisasinya bakal
bergerak sendiri dan menjadi lebih dinamis dari awalnya.”
Interviewer : “Mungkin ada cara lain untuk
bagaimana cara
berkoordinasi
dengan anggota yang lain selain aaa tadi yang disebutkan.”
Interviewee : “Oh kalo cara koordinasi ya tapi
saya lebih senang kalo
nyebutinnya
bukan cara koordinasi ya... gimana cara kita lebih intim dengan orang lain.
Kalo di dalam organisasi ini saya sering nyebut triangle lover tau kan? Tentang intimacy,
dari Stenberg dan dua hal lain dan itu harus diterapkan gitu dalam koordinasi
ini...
Interviewer : “Apakah hanya cara itu saja?”
Interviewee : “Aaa masih banyak sih cara lainnya
tapi kalo mau
disebutkan
ya baru itu saja...”
Interviewer : “Oke baik. Tapi sebenernya sebagai
ketua pernah
mengalami
kesulitan dalam mengambil suatu keputusan?”
Interviewee : “Sebenernya sebagi ketua emang ada
saatnya kita bakal
bingung mengambil
keputusan karena banyak suara dari kiri dan kanan. Dan sebagai ketua, didalam
kesulitan diantara banyaknya pihak yang punya pendapat yang teguh dengan apa
tetep pendapatnya sendiri, ya saya sebagai penengah disini seengganya sebagai
ketua menyampaikan solusi dimana solusi tersebut adil dari kedua pihak bahkan
di pihak yang masih teguh dengan pendiriannya itu bisa setuju, dengan ini
menjadi tujuan organisasi bukan tujuan perorangan lagi.”
Interviewer : “Bagaiman cara meyakinkan anggota
organisasi untuk
menerima
keputusan yang Anda buat?”
Interviewee : “Untuk meyakinkan sih saya pertama
buka dulu apa
usulan
yang saya bawa dan menyampaikan apa pendapat saya dan apa kelebihan dari apa
yang saya bawa itu dan jika mungkin ada kekurangan, ya saya akan langsung
revisi gitu dari diri saya sendiri maupun dari ide tersebut. Supaya bisa
diterima oleh organisasi saya...”
Interviewer : “Bagaimana sih cara menyikapi
apabila ada program kerja
yang
tidak sesuai dengan rencana awal ?”
Interviewee : “Kalo ada dua hal ya program kerja ,
pertama program
kerja
tidak terlaksana atau ada program kerja tambahan. Kalo program kerja tambahan
saya malah lebih baik gitu dan itu harus dijalankan karena program kerja
tambahan berarti organisasi kita bakal bergerak lebih lagi dan membawa values yang lebih lagi dengan membawa kegiatan
yang lebih. Nah seandainya program kerja ini mengalami tidak terlaksana ya...
ya saya harus mendorong kembali program kerja ini harus terlaksana walaupun
waktu kita terundur ya dan banyak hal yang bakal kita korbankan baik tenaga
walaupun waktu tadi sebutkan.”
Interviewer : “Apakah hal tersebut tidak bersifat
memaksa?”
Interviewee : “Sebenarnya memaksa tetapi dari awal
kan setiap bidang
maupun divisi
tuh udah berkomitmen untuk menjalankan program kerja yang sudah dicanangkan
sejak awal. Oleh karena itu, saya itu walaupun bersifat memaksa dari saya,
tetapi itu emang tanggung jawab masing-masing.”
Interviewer : “Oh jadi, tetap harus
direalisasikan program kerjanya?”
Interviewee : “Iya benar sekali.”
Interviewer : “Bagaimana sih jika program kerja
yang telah disusun
tidak
sesuai dengan rencana awal? Selain tidak terlaksana tadi.”
Interviewee : “Kalo program kerja memang segala
hal yang kita
rencanakan
belum tentu terjadi yah dia di ketika implementasinya. Tetapi ketika rencana
ini mungkin bisa berkembang maupun semakin sempit itu tergantung dari saya
sendiri yang membawa organisasi atau program kerja itu sendiri maupun
bidangnya. Itu semenjak awal saya sudah men-encourage
setiap bidang ini, ini bagaimana bagaimana dan acuan saya memberikan acuan
gitu kepada setiap program kerja dan lalu saya berikan kepada bidangnya untuk
mengembangkan itu, tapi tetap saya berikan dan acuan itu tidak mungkin saya
berikan parameter yang rendah gitu dan seharusnya acuan itu lebih tinggi gitu
dari harapan saya.”
Interviewer : “Adakah sanksi yang diberikan
kepada anggota yang
melanggar
aturan organisasi tersebut?”
Interviewee : “Kalo melanggar aturan organisasi
kemungkinan kalo
misalnya
ketidakhadiran yah karena... kalo organisasi itu kan masalahnya adalah masalah
di kontribusi kalo gak ada kontribusi ya sudah kita keluarkan saja atau kita
tinggalkan dia. Karena organisasi harusnya tetap berjalan gitu walaupun satu
atau dua orang tumbang.”
Interviewer : “Biasanya anggota itu melakukan
pelanggaran dalam
bentuk
apa aja sih?”
Interviewee : “Biasanya sih anggota dalam bentuk
rata-rata
ketidakhadiran
jadi hadir rapat atau di program kerjanya sendiri itu tidak hadir dan itu salah
satu pelanggaran yang paling sering terjadi ya di organisasi.”
Interviewer : “Dalam mencapai suatu tujuan bersama,
adakah suatu
usaha
untuk mencapai tujuan tersebut?”
Interviewee : “Ini sepertinya rencana jangka
panjang yah?”
Interviewer : “Ya.”
Interviewee : “Kalo saya mencapai tujuan bersama
yah dari semenjak
awal
saya tuh sudah menanamkan value
organisasi saya apa, dan gerakan gitu internal itu harus selalu dibonding semenjak awal, jadi supaya
selanjutnya apapun objektif dari oraganisasi saya ataupun goals-goals yang telah dirancang semenjak awal tuh tetap tercapai.
Oleh karena itu, fokus saya untuk mencapai tujuan bersama saya bangun dari
internal dan saya tanamkan values-values
yang dibawa di orgnasisasi ini.”
Interviewer : “Ada gak pesan-pesan khusus untuk
teman-teman yang
lain
mengenai leadership baik bagaimana
memimpin suatu organisasi? Atau cara memustuskan suatu keputusan yang sifatnya
lebih tidak memaksa.”
Interviewee :
“Kalo menurut saya ya... ini pesan kesan saja. Pertama,
untuk
sebagai menjadi pemimpin kita harus menyelesaikan apa urusan kita sendiri
supaya kita juga bisa menyelesaikan masalah di organisasi. Dan dalam
kepemimpinan sendiri, saya harapkan ya teman-teman membawa lingkungan yang
lebih dinamis, demokratis serta inisiatif dan itu segala hal yang seperti
walaupun kita ngomongnya mudah tetapi implementasinya emang sulit. Tetapi jika
kita niatkan semenjak awal dan kita coba plan
sedikit demi sedikit bagian-bagian bagaimana kita mewujudkan ke lingkungan yang
dinamis, inisiatif dan demokratis tersbut pasti bisa terlaksana.”
Interviewer : “Untuk pesan-pesan teman yang lain
adakah jargon dari
organisasi
yang Anda pimpin?”
Interviewee : “Kalo dari FLAC sih saya ini sangat
suka ketika jargon ini
dibawa oleh
salah satu presiden Korea dia mengatakan bahwa bite Japan, bite Japan, bite Japan, dan bite Japan dan sekarang sudah kita lliat bahwa Korea sudah
mendominasi bahkan mengalahkan Jepang dan saya juga mengikuti itu saya coba
implementasikan di organisasi saya dengn membawa kata-kata bite corruption, bite corruption, bite corruption. Jangan lupa follow @FLAC_Jakarta F,L,A,C underscore Jakarta, terimakasih.”
Interviewer : “Oke terimakasih atas waktunya.”
Interviewee : “Yaudah sama-sama.”
Interviewer : “Selamat malam.”
Interviewee : “Selamat malam juga.”
BAB
III
ANALISIS
DATA
Setelah data
diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara yang disajikan pada bab
sebelumnya, adapun data yang dianalisis sesuai dengan fokus penelitian yaitu
sebagai berikut:
Analisis
model kekuasaan pemimpin dalam mempengaruhi perilaku anggota organisasi
Berdasarkan
jenis pendekatan yang digunakan yakni menggunakan analisis dari hasil wawancara
berupa verbatim, maka diperoleh data di bawah ini yang kemudian di
re-interpretasikan sebagai berikut:
1. “Organisasi
seharusnya dibentuk sebagai organisasi yang berbasis learning organization dimana setiap anggota maupun ketua ataupun
kepala divisi semuanya belajar dari siapapun, baik dari bawahan ataupun dari
atasannya. Oleh karena itu, saya membuat lingkungan dalam organisasi ini
menjadi lebih dinamis. Dimana setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan
berhak menjabat atau memiliki tanggung jawab yang besar.”
Dari
data di atas maka berdasarkan tinjauan model dari kekuasaan yaitu subjek dalam
meningkatkan kemampuan anggotanya maka dalam organisasi yang subjek pimpin
setiap anggota berhak mengeluarkan pendapat dan diberikan tanggung jawab.
2. “Cara
kita lebih intim dengan orang lain. Kalo dalam organisasi ini saya sering
nyebut triangle lover tentang intimacy, dan itu harus ditetapkan dalam
koordinasi.”
Dari
data di atas, subjek mengedepankan keintiman sesama anggota untuk
berkoordinasi.
3. “Sebagai
ketua, di dalam kesulitan di antara banyaknya pihak yang punya pendapat yang
teguh dengan pendapatnya sendiri, saya sebagai penengah sebagai ketua
menyampaikan solusi dimana solusi tersebut adil dari kedua belah pihak bahkan
di pihak yang masih teguh pendiriannya bisa setuju, dengan ini menjadi tujuan
organisasi bukan tujuan perorangan”
Dari
data di atas, subjek dengan data yang diperoleh diatas yaitu peran subjek dalam
pengambilan keputusan tujuan organisasi.
4. “Untuk
meyakinkan saya buka usulan yang saya bawa dan menyampaikan apa pendapat saya
dan apa kelebihan dari apa yang saya bawa dan jika mungkin ada kekurangan, saya
akan langsung revisi dari diri saya sendiri maupun dari ide tersebut. Supaya
diterima oleh organisasi saya.”
Cara
subjek meyakinkan anggota organisasi akan pendapatnya.
5. “Kalo
ada dua hal program kerja, pertama program kerja tidak terlaksana atau ada
program kerja tambahan. Program kerja tambahan harus dijalankan karena program
kerja tambahan berarti organisasi kita bakal bergerak lebih lagi dan membawa values yang lebih lagi dengan membawa
kegiatan yang lebih. Seandainya program kerja ini tidak terlaksana saya harus
mendorong kembali program kerja ini harus terlaksana walaupun waktu terundur
dan banyak hal yang kita korbankan baik tenaga maupun waktu.”
Dari
data di atas, tindakan subjek kepada anggota divisi dalam menjalankan program
kerja
6. “Sebenarnya
memaksa tetapi dari awal setiap bidang maupu
divisi udah berkomitmen untuk menjalankan program kerja yang sudah
dirancang sejak awal. Oleh karena itu, saya walaupun bersifat memaksa dari
saya, tetapi itu tanggung jawab masing-masing.”
Dari
data di atas, tindakan subjek kepada anggota divisi dalam menjalankan program
kerja.
7. “Kalo
program kerja memang segala hal yang kita rencanakan belum tentu terjadi ketika
implementasinya. Tetapi ketika rencana ini mungkin bisa berkembang maupun
semakin sempit itu tergantung dari saya sendiri yang membawa organisasi atau
program kerja itu sendiri maupun bidangnya. Semenjak awal saya sudah men-encourage setiap bidang ini, ini
bagaimana dan acuan saya memberikan acuan gitu kepada setiap program kerja dan
lalu saya berikan kepada bidangnya untuk mengembangkan itu, tapi tetap saya
berikan dan acuan itu tidak mungkin saya berikan parameter yang rendah dan
seharusnya cuan itu lebih tinggi gitu dari harapan saya.”
Dari data di
atas, terlihat cara subjek dalam mengembangkan program kerja
sesuai divisi.
8. “Kalo
melanggar aturan organisasi kemungkinan misalnya ketidakhadiran karena kalo
organisasi itu kan masalahnya adalah masalah di kontribusi kalo gak ada
kontribusi ya sudah kita keluarkan saja atau kita tinggalkan dia. Karena
organisasi harusnya tetap berjalan walaupun satu atau dua orang tumbang.”
Dari data di
atas, nampak tindakan subjek saat ada anggota yang melanggar peraturam.
9. “Kalo
saya mencapai tujuan bersama dari semenjak awal saya sudah menanamkan value organisasi saya apa, dan gerakan
internal itu harus selalu dibonding semenjak awal, jadi supaya selanjutnya
apapun objektif dari oraganisasi saya ataupun goals-goals yang telah dirancang semenjak awal tetap tercapai. Oleh
karena itu, fokus saya untuk mencapai tujuan bersama saya bangun dari internal
dan saya tanamkan values-values yang
dibawa di orgnasisasi ini.”
BAB
IV
KESIMPULAN
Dari teori,
hasil wawancara dan analisis wawancara maka dapat diambil kesimpulan model dari
kekuasaan yang subjek miliki dalam memimpin organisasi yaitu lebih mendekati
kepada model mempengaruhi berdasarkan wewenang yaitu suatu kekuasaan ekstra
yang potensial, yang diberikan oleh pihak ketiga (yaitu organisasi) kepada
beberapa anggotanya dengan maksud untuk menjamin suatu pembagian kekuasaan yang
tidak sama; dengan kata lain agar memberikan kepastian bahwa beberapa orang
adalah sebagai kepala dan yang lain sebagai bawahan hal ini dibuktikan dari
berbagai jawaban subjek yang mengarah pada pembagian kekuasaan pada setiap
divisi yang mana dijelaskan oleh subjek bahwa setiap divisi bertanggung jawab
dan harus menjalankan komitmen program kerja per divisi.
Sedangkan dapat
dilihat pula model taktik kekuasaan, tekanan dan paksaan yang diperlihatkan
oleh subjek dalam model mempengaruhinya yaitu dengan menekankan kepada setiap
divisi agar dapat menjalankan prorgram kerja yang telah ditentukan walaupun
mengalami keterlambatan. Subjek menekankan setiap divisinya untuk menjalankan
program yang sudah disusun karena adanya komitmen yang perlu dijalankan hingga
akhir kepengurusan.
Model
mempengaruhi yang lain yang diperlihatkan subjek pada saat wawancara yaitu
adalah model kerjasama yang mana dapat kita lihat dalam mengambil suatu
keputusan setiap anggota dalam organisasi yang dipimpinnya setiap anggota
berhak untuk mengeluarkan ide dan pendapat dari masing-masing anggota dan
daripadanya akan ditarik suatu tujuan atau keputusan bersama tetapi dengan
tetap menimbang baik buruk dari suatu pendapat yang ada dan dalam suatu
kesulitan mengambil keputusan maka subjek yang mana sebagai ketua organisasi
akan mengemukakan pendapatnya diikuti oleh kelebihan dari pendapatnya namun masih
dengan tangan terbuka akan kritikan dari anggotanya juga dalam mempertahankan
organisasi yang subjek ketuai maka subjek dari awal sudah menanamkan
nilai-nilai dan tujuan organisasi agar dapat mencapai tujuan bersama.
Hal yang menarik
yang dapat kami simpulkan bahwa dari beberapa model mempengaruhi perilaku yang
subjek bawakan tidak dapat observer
temui bahwa subjek menggunakan model mempengaruhi dalam bentuk manipulasi, juga
dalam pembagian wewenang pada organisasi yang subjek pimpin dapat dilihat dan
dibuktikan dari percakapan hasil wawancara dengan subjek yaitu subjek
menerapkan wewenang lini kepada setiap anggota dalam organisasinya yaitu subjek
bertanggung jawab langsung di seluruh rantai komando organisasi untuk mencapai
sasaran tujuan organisasi dan diwujudkan dengan memberikan wewenang setiap
kepada setiap divisi dalam mengembangkan program kerja serta divisinya. Dapat
dilihat pula bahwa terdapat wewenang staf yang subjek terapkan yaitu dengan
memberikan kebebasan anggotanya dalam mengemukakan suatu pendapat atau ide-ide
kepada subjek.
DAFTAR PUSTAKA
Leavitt,
J. Harold. (1992). Psikologi Manajemen. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama.
Sarwono, Sarlito W. 2005. Psikologi Sosial (Psikologi
Kelompok dan Psikologi
Terapan). Balai Pustaka, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar