Minggu, 22 November 2015

[Psikologi Manajemen] Mempengaruhi Perilaku

BAB I
LANDASAN TEORI

i.          Mempengaruhi Perilaku
A.    Definisi Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengaruh adalah merupakan sesuatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.  Wiryanto mendefinisikan pengaruh sebagai  tokoh formal maupun informal di dalam masyarakat, mempunyai ciri lebih kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibanding pihak yang dipengaruhi. Sedangkan, menurut Becker engaruh adalah kemampuan yang  terus berkembang yang berbeda dengan kekuasaaan tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan.
Selanjutnya, Barry berpendapat bahwa pengaruh adalah suatu tipe kekuasaaan yang jika seorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertemtu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekali pun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya. Kemudian, menurut Roberts & Gilbert, pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang ketika mereka tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan.

B.     Pengertian Perilaku
Perilaku adalah keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.

C.    Mempengaruhi Perilaku
Perubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku maladaptif (Fisher & Gochros, 1975).
Pada saat akan mempengaruhi perilaku sesorang terlebih dahulu perlu adanya perubahan yang akan dilakukan oleh pengubah kepada seseorang. Perubahan adaah suatu proses emosional yang sangat tinggi yang menimbulkan suatu harapan agar membawa suatu perbedaan  dengan cara memperlakukan logika sebagai sesuatu yang berguna tetapi merupakan alat yang terbatas kekuatannya untuk mengubah.
Para pengubah perilaku, terutama apabila mereka menduduki posisi sebagai atasan, biasanya merasa bahwa tanggung jawab untuk berubah harus terletak semata-mata pada mereka.

D.    Model Mempengaruhi Orang Lain
Cara mempengaruhi orang lain dengan dasar Pendekatan komunikasi persuasi dikemukakan oleh Aristotle yang menyatakan terdapat 3 pendekatan dasar dalam komunikasi yang mampu mempengaruhi orang lain, yaitu;
1.            Logical argument (logos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan argumentasi data-data yang ditemukan. Hal ini telah disinggung dalam komponen data.
2.            Psychological/emotional argument (pathos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan efek emosi positif maupun negatif. Misalnya, iklan yang menyenangkan, lucu dan membuat kita berempati termasuk menggunakan pendekatan psychological argument dengan efek emosi yang positif. Sedangkan iklan yang menjemukan, memuakkan bahkan membuat kita marah termasuk pendekatan psychological argument dengan efek emosi negatif.
3.            Argument based on credibility (ethos), yaitu ajakan atau arahan yang dituruti oleh audience karena komunikator mempunyai kredibilitas sebagai pakar dalam bidangnya. Contoh, kita menuruti nasehat medis dari dokter, kita mematuhi ajakan dari seorang pemuka agama, kita menelan mentah-mentah begitu saja kuliah dari dosen. Hal ini semata-mata karena kita mempercayai kepakaran seseorang dalam bidangnya.

Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa pendekatan itu antaranya :
1.           Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebagai bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.
2.           Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikate dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator. Misalnya, bila terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah maka pemerintah dengan pendekatan ketakutan dapat mempersuasi masyarakat untuk mencegah DBD.
3.           Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif. Contoh, iklan-iklan yang menggunakan bintang comedian atau menggunakan humor yang melekat di hati masyarakat.
4.           Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience/komunikate dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negative.

E.     Bagaimana Mempengaruhi Orang Lain : Berbagai Model
1.      Wewenang
Suatu kekuasaan ekstra yang potensial, yang diberikan oleh pihak ketiga(yaitu organisasi) kepada beberapa anggotanya dengan maksud untuk menjamin suatu pembagian kekuasaan yang tidak sama; dengan kata lain agar memberikan kepastian bahwa beberapa orang adalah sebagai kepala dan yang lain sebagai bawahan.
2.      Taktik Kekuasaan, tekanan dan paksaan
Taktik-taktik kekuasaan yang memaksa sebagai mekanisme pengaruh. Biasanya bergantung kepada pengurangan (atau ancaman pengurangan) terhadap sarana-sarana pemuasan kebutuhan orang lain, disertai dengan suatu tuntutan perubahan perilaku.
3.      Manipulasi (model licik untuk mempengaruhi)
Suatu kekuasaan yang perlu dipertanyakan dan bersifat merendahkan diri. Mempengaruhi sesorang atau kelompok dengan tujuan untuk mengubah perilaku atau persepsi orang atau kelompok secara licik.
4.      Model kerjasama (mempengaruhi tanpa wewenang atau paksaan)
Sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama (Soekanto, 1990) kerjasama (cooperation) adalah suatu  usaha atau bekerja untuk  suatu hasil  (Baron & Byane, 2000)

F.     Faktor Dalam Mempengaruhi Perilaku Orang Lain
a.       Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
1.      Jenis Ras atau Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
2.      Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3.      Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman
4.      Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.
5.       Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan
6.      Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.

b.      Faktor Eksternal
1.      Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
2.      Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3.      Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
4.      Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.

5.      Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.

ii.        Wewenang
A.    Pengertian Wewenang
Wewenang adalah suatu bentuk kekuasaan, sering kali dipergunakan secara lebih luas untuk merujuk kemampuan manusia menggunakan kekuasaan sebagai hasil dari ciri-ciri seperti pengetahuan atau gelar seperti hakim. Terutama, wewenang formal adalah kekuasaan sah. Wewenang formal adalah tipe kekuasaan yang kita hubungkan dengan struktur organisasidan manajemen. Kekuasaan itu berdasarkan pengakuan keabsahan usaha manajer untuk menggunakan pengaruh. Menurut  Terry, wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak lain, supaya bertindak dn taat kepada pihk yang memiliki wewenang itu. Allen berpendapat bahwa wewenang adalah sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu jabatan. Kemudian, Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menyatakan bahwa wewenang (Authority) merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan. Tanpa wewenang orang-orang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa.


B.     Jenis Wewenang
1.      Wewenang Lini (line authority)
Wewenang lini adalah wewenang manajer yang bertanggu jawab langsung, di seluruh rantai komando organisasi, untuk mencapai sasaran organisasi. Wewenang lini diwujudkan dengan rantai komando standar, mulai dari dewan direktur sampai tempat aktivitas dasar organisasi dilaksanakan. Wewenang lini terutama didasarkan pada kekuasaan sah. Misalnya, manajer perusahaan manufaktur mungkin membatasi fungsi lini pada produksi dan penjualan, sedangkan manajer di departement store, dengan elemen kunci adalah pembelian,akan mempertimbangkan departemen pembelian dan departemen penjualan sebagai aktivitas lini. Kalau sebuah perusahaan kecil, semua posisi mungkin mempunyai posisi lini.
2.      Wewenang Staf (staff authority)
Wewenang staf adalah kelompok individu yang menyediakan saran dan jasa kepada manajer lini. Staf memberikan berbagai tipe bantuan pakar dan saran kepada manajer. Wewenang staf terutama didasarkan pada kekuasaan keahlian. Staf dapat menawarkan manajer lini saran perencanaan lewat penelitian, analisis, dan pengembangan pilihan. Staf dapat juga membantu dalam implementasi kebijakan, memonitor, dan kendali; dalam masalah legal dan keuangan; dan dalam desain dan operasi sistem pemrosesan data. Misalnya, rekan dalam banyak kantor pengacara menambah anggota staf untuk melaksanakan “sisi bisnis” dari kantor tersebut. Kehadiran dari spesialis ini membebaskan pengacara untuk mempraktekan ilmu hukum, fungsi lini mereka.

C.    Kenapa wewenang sangat penting bagi seseorang?
1.      Wewenang merupakan dasar hokum bagi seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan atau tugas-tugasnya.
2.      Wewenang selalu akan menciptakan power, right, dan responsibility.
3.      Wewenang menyebabkan perintah-perintah manajer dipatuhi dan ditaati.
4.      Wewenang menyebabkan tolok ukur kedudukan, sifat pekerjaan, dan tanggung jawab seorang karyawan dalam perusahaan.
5.      Wewenang menjadi batas apa yang boleh dikerjakan dan apa yang tidak boleh dikerjakan seseorang.
6.      Wewenang merupakan kunci pekerjaan material.
BAB II
PEDOMAN WAWANCARA
I.                   Subjek
A.    Identitas Subjek
1.      Nama                     :
2.      Jenis kelamin         :
3.      Usia                       :
4.      Tempat Tinggal     :
5.      Pekerjaan               :
6.      Jurusan / Instansi   :

B.     Daftar Pertanyaan
1.      Organisasi apa yang sedang diikuti?
2.      Apa jabatan di organisasi tersebut?
3.      Apa motivasi Anda menduduki jabatan tersebut?
4.      Salah satu tujuan mengikuti organisasi adalah meningkatkan kemampuan dibidang yang dituju. Sebagai ketua, bagaimana cara supaya anggota dapat meningkatkan kemampuan tersebut?
5.      Bagaimana cara berkoordinasi dengan anggota yang lain?
6.      Apakah Anda pernah mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan?
7.      Bagaimana cara Anda meyakinkan anggota organisasi untuk menerima keputusan yang Anda buat?
8.      Bagaimana cara menyikapi apabila program kerja tidak sesuai dengan rencana awal?
9.      Adakah keharusan merealisasikan program kerja?
10.  Bagaimana jika program kerja yang telah disusun tidak sesuai dengan rencana awal?
11.  Adakah sanksi yang diberikan kepada anggota yang melanggar aturan organisasi?
12.  Biasanya anggota melakukan pelanggaran dalam bentu apa saja?

13.  Dalam mencapai tujuan bersama, adakah suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut?

HASIL WAWANCARA (VERBATIM)
A. Identitas Subjek
1.    Nama                           : Muhammad Reza
2.    Jenis Kelamin              : Laki-laki
3.    Usia                             : 20 tahun
4.    Asal                             : Jambi
5.    Status                          : Single
6.    Pekerjaan                     : Mahasiswa
7.    Instansi/jurusan           : Universitas Indonesia/Sistem Informasi

B.     Verbatim
Interviewer           : “Selamat malam apa kabar?”
Interviewee          : “Alhamdulillah baik, bagaimana dengan Anda?”
Interviewer           : “Alhamdulillah baik. Boleh perkenalan diri dulu namanya
siapa?”
Interviewee          : “Boleh, nama saya Muhammad Reza, jenis kelaminnya
laki-laki,umur saya sekarang 20 tahun alhamdulillah lajang, tempat tinggal itu asalnya dari Jambi dan pekerjaan sebagai mahasiswa sekarang eh... sekarang sedang kuliah di perguruan tinggi Universitas Indonesia jurusan Sistem Informasi.”
Interviewer           : “Ouu begitu ya... aaa apa Reza ini aktif di sebuah
organisasi?”
Interviewee          : “Aaa saya aktif di cukup banyak organisasi yah... dan
salah satunya itu namanya Future Leader Anti Corruption di Indonesia dimana saat ini saya sedang menjabat sebagai ketua di organisasi tersebut.”
Interviewer           : “Sebenernya apasih motivasi Reza menduduki jabatan
tersebut?”
Interviewee          : “Mungkin motivasinya bukan di jabatan ya tetapi kenapa
saya bergabung di Future Leader Anti Corruption di Indonesia tersebut karena nyatanya gerakan anti korupsi jaman sekarang itu masih sedikit kan? Dan terjadinya insidental. Future Leader Anti Corruption ini bergerak bukan karena masalah tetapi bergerak dengan niat supaya kita menjerumuskan ya orang-orang dan anak-anak ataupun target kita supaya peduli dan sadar apa itu nilai-nilai anti korupsi bukan sadar akan masalah apa saja yang ditimbulkan oleh anti korupsi tetapi bagaimana cara kita menghentikan korupsi itu semenjak awal dan wujud konkretnya saya bergabung di organisasi ini.”
Interviewer           : “Tapi kan untuk bergabung di salah satu organisasi ini kan
salah satu tujuannya itu mengikuti organisasi adalah meningkatkan kemampuan di bidang yang dituju, ini yang termasuk untuk tujuan internalnya yah... sebagai ketua, bagaimana cara Anda supaya aanggota dapat meningkatkan kemampuan tersebut?”
Interviewee          : “Ah kalo menurut saya sih di dalam organisasi namanya
organisasi ya seharusnya dibentuk sebagai organisasi yang berbasis learning organization dimana setiap anggota maupun ketua ataupun kepala divisi semuanya belajar dari siapapun, baik dari bawahan ataupun dari atasannya. Oleh karena itu, saya membuat lingkungan dalam organisasi ini menjadi lebih dinamis. Dimana setiap orang tuh berhak menyampaikan pendapat dan berhak juga menjabat atau memiliki tanggung jawab yang besar bahkan lebih besar dibanding dengan ketuanya. Dan satu lagi, selain untuk mengembangkan mereka itu apa aja ya... pancing aja inisiatif setiap orang, kita tampung inisiatif jangan memberi imitasi kepada setiap anggota. Oleh karena itu, organisasinya bakal bergerak sendiri dan menjadi lebih dinamis dari awalnya.”
Interviewer           : “Mungkin ada cara lain untuk bagaimana cara
berkoordinasi dengan anggota yang lain selain aaa tadi yang disebutkan.”
Interviewee          : “Oh kalo cara koordinasi ya tapi saya lebih senang kalo
nyebutinnya bukan cara koordinasi ya... gimana cara kita lebih intim dengan orang lain. Kalo di dalam organisasi ini saya sering nyebut triangle lover tau kan? Tentang intimacy, dari Stenberg dan dua hal lain dan itu harus diterapkan gitu dalam koordinasi ini...
Interviewer           : “Apakah hanya cara itu saja?”
Interviewee          : “Aaa masih banyak sih cara lainnya tapi kalo mau
disebutkan ya baru itu saja...”
Interviewer           : “Oke baik. Tapi sebenernya sebagai ketua pernah
mengalami kesulitan dalam mengambil suatu keputusan?”
Interviewee          : “Sebenernya sebagi ketua emang ada saatnya kita bakal
bingung mengambil keputusan karena banyak suara dari kiri dan kanan. Dan sebagai ketua, didalam kesulitan diantara banyaknya pihak yang punya pendapat yang teguh dengan apa tetep pendapatnya sendiri, ya saya sebagai penengah disini seengganya sebagai ketua menyampaikan solusi dimana solusi tersebut adil dari kedua pihak bahkan di pihak yang masih teguh dengan pendiriannya itu bisa setuju, dengan ini menjadi tujuan organisasi bukan tujuan perorangan lagi.”
Interviewer           : “Bagaiman cara meyakinkan anggota organisasi untuk
menerima keputusan yang Anda buat?”
Interviewee          : “Untuk meyakinkan sih saya pertama buka dulu apa
usulan yang saya bawa dan menyampaikan apa pendapat saya dan apa kelebihan dari apa yang saya bawa itu dan jika mungkin ada kekurangan, ya saya akan langsung revisi gitu dari diri saya sendiri maupun dari ide tersebut. Supaya bisa diterima oleh organisasi saya...”
Interviewer           : “Bagaimana sih cara menyikapi apabila ada program kerja
yang tidak sesuai dengan rencana awal ?”
Interviewee          : “Kalo ada dua hal ya program kerja , pertama program
kerja tidak terlaksana atau ada program kerja tambahan. Kalo program kerja tambahan saya malah lebih baik gitu dan itu harus dijalankan karena program kerja tambahan berarti organisasi kita bakal bergerak lebih lagi dan membawa values yang lebih lagi dengan membawa kegiatan yang lebih. Nah seandainya program kerja ini mengalami tidak terlaksana ya... ya saya harus mendorong kembali program kerja ini harus terlaksana walaupun waktu kita terundur ya dan banyak hal yang bakal kita korbankan baik tenaga walaupun waktu tadi sebutkan.”
Interviewer           : “Apakah hal tersebut tidak bersifat memaksa?”
Interviewee          : “Sebenarnya memaksa tetapi dari awal kan setiap bidang
maupun divisi tuh udah berkomitmen untuk menjalankan program kerja yang sudah dicanangkan sejak awal. Oleh karena itu, saya itu walaupun bersifat memaksa dari saya, tetapi itu emang tanggung jawab masing-masing.”
Interviewer           : “Oh jadi, tetap harus direalisasikan program kerjanya?”
Interviewee          : “Iya benar sekali.”
Interviewer           : “Bagaimana sih jika program kerja yang telah disusun
tidak sesuai dengan rencana awal? Selain tidak terlaksana tadi.”
Interviewee          : “Kalo program kerja memang segala hal yang kita
rencanakan belum tentu terjadi yah dia di ketika implementasinya. Tetapi ketika rencana ini mungkin bisa berkembang maupun semakin sempit itu tergantung dari saya sendiri yang membawa organisasi atau program kerja itu sendiri maupun bidangnya. Itu semenjak awal saya sudah men-encourage setiap bidang ini, ini bagaimana bagaimana dan acuan saya memberikan acuan gitu kepada setiap program kerja dan lalu saya berikan kepada bidangnya untuk mengembangkan itu, tapi tetap saya berikan dan acuan itu tidak mungkin saya berikan parameter yang rendah gitu dan seharusnya acuan itu lebih tinggi gitu dari harapan saya.”
Interviewer           : “Adakah sanksi yang diberikan kepada anggota yang
melanggar aturan organisasi tersebut?”
Interviewee          : “Kalo melanggar aturan organisasi kemungkinan kalo
misalnya ketidakhadiran yah karena... kalo organisasi itu kan masalahnya adalah masalah di kontribusi kalo gak ada kontribusi ya sudah kita keluarkan saja atau kita tinggalkan dia. Karena organisasi harusnya tetap berjalan gitu walaupun satu atau dua orang tumbang.”
Interviewer           : “Biasanya anggota itu melakukan pelanggaran dalam
bentuk apa aja sih?”
Interviewee          : “Biasanya sih anggota dalam bentuk rata-rata
ketidakhadiran jadi hadir rapat atau di program kerjanya sendiri itu tidak hadir dan itu salah satu pelanggaran yang paling sering terjadi ya di organisasi.”
Interviewer           : “Dalam mencapai suatu tujuan bersama, adakah suatu
usaha untuk mencapai tujuan tersebut?”
Interviewee          : “Ini sepertinya rencana jangka panjang yah?”
Interviewer           : “Ya.”
Interviewee          : “Kalo saya mencapai tujuan bersama yah dari semenjak
awal saya tuh sudah menanamkan value organisasi saya apa, dan gerakan gitu internal itu harus selalu dibonding semenjak awal, jadi supaya selanjutnya apapun objektif dari oraganisasi saya ataupun goals-goals yang telah dirancang semenjak awal tuh tetap tercapai. Oleh karena itu, fokus saya untuk mencapai tujuan bersama saya bangun dari internal dan saya tanamkan values-values yang dibawa di orgnasisasi ini.”
Interviewer           : “Ada gak pesan-pesan khusus untuk teman-teman yang
lain mengenai leadership baik bagaimana memimpin suatu organisasi? Atau cara memustuskan suatu keputusan yang sifatnya lebih tidak memaksa.”
 Interviewee         : “Kalo menurut saya ya... ini pesan kesan saja. Pertama,
untuk sebagai menjadi pemimpin kita harus menyelesaikan apa urusan kita sendiri supaya kita juga bisa menyelesaikan masalah di organisasi. Dan dalam kepemimpinan sendiri, saya harapkan ya teman-teman membawa lingkungan yang lebih dinamis, demokratis serta inisiatif dan itu segala hal yang seperti walaupun kita ngomongnya mudah tetapi implementasinya emang sulit. Tetapi jika kita niatkan semenjak awal dan kita coba plan sedikit demi sedikit bagian-bagian bagaimana kita mewujudkan ke lingkungan yang dinamis, inisiatif dan demokratis tersbut pasti bisa terlaksana.”
Interviewer           : “Untuk pesan-pesan teman yang lain adakah jargon dari
organisasi yang Anda pimpin?”
Interviewee          : “Kalo dari FLAC sih saya ini sangat suka ketika jargon ini
dibawa oleh salah satu presiden Korea dia mengatakan bahwa bite Japan, bite Japan, bite Japan, dan bite Japan dan sekarang sudah kita lliat bahwa Korea sudah mendominasi bahkan mengalahkan Jepang dan saya juga mengikuti itu saya coba implementasikan di organisasi saya dengn membawa kata-kata bite corruption, bite corruption, bite corruption. Jangan lupa follow @FLAC_Jakarta F,L,A,C underscore Jakarta, terimakasih.”
Interviewer           : “Oke terimakasih atas waktunya.”
Interviewee          : “Yaudah sama-sama.”
Interviewer           : “Selamat malam.”
Interviewee          : “Selamat malam juga.”




BAB III
ANALISIS DATA

Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara yang disajikan pada bab sebelumnya, adapun data yang dianalisis sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut:
Analisis model kekuasaan pemimpin dalam mempengaruhi perilaku anggota organisasi
Berdasarkan jenis pendekatan yang digunakan yakni menggunakan analisis dari hasil wawancara berupa verbatim, maka diperoleh data di bawah ini yang kemudian di re-interpretasikan sebagai berikut:
1.      “Organisasi seharusnya dibentuk sebagai organisasi yang berbasis learning organization dimana setiap anggota maupun ketua ataupun kepala divisi semuanya belajar dari siapapun, baik dari bawahan ataupun dari atasannya. Oleh karena itu, saya membuat lingkungan dalam organisasi ini menjadi lebih dinamis. Dimana setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan berhak menjabat atau memiliki tanggung jawab yang besar.”
Dari data di atas maka berdasarkan tinjauan model dari kekuasaan yaitu subjek dalam meningkatkan kemampuan anggotanya maka dalam organisasi yang subjek pimpin setiap anggota berhak mengeluarkan pendapat dan diberikan tanggung jawab.

2.      “Cara kita lebih intim dengan orang lain. Kalo dalam organisasi ini saya sering nyebut triangle lover tentang intimacy, dan itu harus ditetapkan dalam koordinasi.”
Dari data di atas, subjek mengedepankan keintiman sesama anggota untuk berkoordinasi.

3.      “Sebagai ketua, di dalam kesulitan di antara banyaknya pihak yang punya pendapat yang teguh dengan pendapatnya sendiri, saya sebagai penengah sebagai ketua menyampaikan solusi dimana solusi tersebut adil dari kedua belah pihak bahkan di pihak yang masih teguh pendiriannya bisa setuju, dengan ini menjadi tujuan organisasi bukan tujuan perorangan”
Dari data di atas, subjek dengan data yang diperoleh diatas yaitu peran subjek dalam pengambilan keputusan tujuan organisasi.

4.      “Untuk meyakinkan saya buka usulan yang saya bawa dan menyampaikan apa pendapat saya dan apa kelebihan dari apa yang saya bawa dan jika mungkin ada kekurangan, saya akan langsung revisi dari diri saya sendiri maupun dari ide tersebut. Supaya diterima oleh organisasi saya.”
Cara subjek meyakinkan anggota organisasi akan pendapatnya.

5.      “Kalo ada dua hal program kerja, pertama program kerja tidak terlaksana atau ada program kerja tambahan. Program kerja tambahan harus dijalankan karena program kerja tambahan berarti organisasi kita bakal bergerak lebih lagi dan membawa values yang lebih lagi dengan membawa kegiatan yang lebih. Seandainya program kerja ini tidak terlaksana saya harus mendorong kembali program kerja ini harus terlaksana walaupun waktu terundur dan banyak hal yang kita korbankan baik tenaga maupun waktu.”
Dari data di atas, tindakan subjek kepada anggota divisi dalam menjalankan program kerja

6.      “Sebenarnya memaksa tetapi dari awal setiap bidang maupu  divisi udah berkomitmen untuk menjalankan program kerja yang sudah dirancang sejak awal. Oleh karena itu, saya walaupun bersifat memaksa dari saya, tetapi itu tanggung jawab masing-masing.”
Dari data di atas, tindakan subjek kepada anggota divisi dalam menjalankan program kerja.

7.      Kalo program kerja memang segala hal yang kita rencanakan belum tentu terjadi ketika implementasinya. Tetapi ketika rencana ini mungkin bisa berkembang maupun semakin sempit itu tergantung dari saya sendiri yang membawa organisasi atau program kerja itu sendiri maupun bidangnya. Semenjak awal saya sudah men-encourage setiap bidang ini, ini bagaimana dan acuan saya memberikan acuan gitu kepada setiap program kerja dan lalu saya berikan kepada bidangnya untuk mengembangkan itu, tapi tetap saya berikan dan acuan itu tidak mungkin saya berikan parameter yang rendah dan seharusnya cuan itu lebih tinggi gitu dari harapan saya.”
Dari data di atas, terlihat cara subjek dalam mengembangkan program kerja sesuai divisi.

8.      “Kalo melanggar aturan organisasi kemungkinan misalnya ketidakhadiran karena kalo organisasi itu kan masalahnya adalah masalah di kontribusi kalo gak ada kontribusi ya sudah kita keluarkan saja atau kita tinggalkan dia. Karena organisasi harusnya tetap berjalan walaupun satu atau dua orang tumbang.”
Dari data di atas, nampak tindakan subjek saat ada anggota yang melanggar peraturam.

9.      Kalo saya mencapai tujuan bersama dari semenjak awal saya sudah menanamkan value organisasi saya apa, dan gerakan internal itu harus selalu dibonding semenjak awal, jadi supaya selanjutnya apapun objektif dari oraganisasi saya ataupun goals-goals yang telah dirancang semenjak awal tetap tercapai. Oleh karena itu, fokus saya untuk mencapai tujuan bersama saya bangun dari internal dan saya tanamkan values-values yang dibawa di orgnasisasi ini.”
Dari data di atas, kita dapat mengetahui cara subjek dalam memelihara kekuatan para anggota.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari teori, hasil wawancara dan analisis wawancara maka dapat diambil kesimpulan model dari kekuasaan yang subjek miliki dalam memimpin organisasi yaitu lebih mendekati kepada model mempengaruhi berdasarkan wewenang yaitu suatu kekuasaan ekstra yang potensial, yang diberikan oleh pihak ketiga (yaitu organisasi) kepada beberapa anggotanya dengan maksud untuk menjamin suatu pembagian kekuasaan yang tidak sama; dengan kata lain agar memberikan kepastian bahwa beberapa orang adalah sebagai kepala dan yang lain sebagai bawahan hal ini dibuktikan dari berbagai jawaban subjek yang mengarah pada pembagian kekuasaan pada setiap divisi yang mana dijelaskan oleh subjek bahwa setiap divisi bertanggung jawab dan harus menjalankan komitmen program kerja per divisi.
Sedangkan dapat dilihat pula model taktik kekuasaan, tekanan dan paksaan yang diperlihatkan oleh subjek dalam model mempengaruhinya yaitu dengan menekankan kepada setiap divisi agar dapat menjalankan prorgram kerja yang telah ditentukan walaupun mengalami keterlambatan. Subjek menekankan setiap divisinya untuk menjalankan program yang sudah disusun karena adanya komitmen yang perlu dijalankan hingga akhir kepengurusan.
Model mempengaruhi yang lain yang diperlihatkan subjek pada saat wawancara yaitu adalah model kerjasama yang mana dapat kita lihat dalam mengambil suatu keputusan setiap anggota dalam organisasi yang dipimpinnya setiap anggota berhak untuk mengeluarkan ide dan pendapat dari masing-masing anggota dan daripadanya akan ditarik suatu tujuan atau keputusan bersama tetapi dengan tetap menimbang baik buruk dari suatu pendapat yang ada dan dalam suatu kesulitan mengambil keputusan maka subjek yang mana sebagai ketua organisasi akan mengemukakan pendapatnya diikuti oleh kelebihan dari pendapatnya namun masih dengan tangan terbuka akan kritikan dari anggotanya juga dalam mempertahankan organisasi yang subjek ketuai maka subjek dari awal sudah menanamkan nilai-nilai dan tujuan organisasi agar dapat mencapai tujuan bersama.
Hal yang menarik yang dapat kami simpulkan bahwa dari beberapa model mempengaruhi perilaku yang subjek bawakan tidak dapat observer temui bahwa subjek menggunakan model mempengaruhi dalam bentuk manipulasi, juga dalam pembagian wewenang pada organisasi yang subjek pimpin dapat dilihat dan dibuktikan dari percakapan hasil wawancara dengan subjek yaitu subjek menerapkan wewenang lini kepada setiap anggota dalam organisasinya yaitu subjek bertanggung jawab langsung di seluruh rantai komando organisasi untuk mencapai sasaran tujuan organisasi dan diwujudkan dengan memberikan wewenang setiap kepada setiap divisi dalam mengembangkan program kerja serta divisinya. Dapat dilihat pula bahwa terdapat wewenang staf yang subjek terapkan yaitu dengan memberikan kebebasan anggotanya dalam mengemukakan suatu pendapat atau ide-ide kepada subjek.


DAFTAR PUSTAKA
Leavitt, J. Harold. (1992). Psikologi Manajemen. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama.
Sarwono, Sarlito W. 2005. Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi
Terapan). Balai Pustaka, Jakarta.