Selasa, 28 Oktober 2014

#PINTERNET Psychotherapy via Internet [Review Jurnal]


Review Jurnal Mengenai Psychotherapy via Internet


ABSTRAK
Internet telah berkembang jauh melampaui menjadi alat dasar untuk memperoleh informasi, untuk memenuhi kebutuhan khusus untuk sub-kelompok individu. Misalnya, di bidang kesehatan psikologis, internet tidak hanya digunakan untuk mengumpulkan informasi kesehatan mental oleh orang yang menderita penyakit psikologis, tetapi juga menjadi sarana yang signifikan untuk memberikan terapi psikologis Penggunaan Internet dapat membantu meningkatkan layanan kesehatan kepada kelompok klinis tertentu. Para peneliti telah mengemukakan bahwa mereka dapat tertarik ke internet karena anonimitas dan dirasakan 'safety', setidaknya sebagian memuaskan kebutuhan sosial mereka. Dalam review jurnal ini akan dibahas tentang hal-hal yang mengenai psycoterapi via web.

PENDAHULUAN
Dunia internet semakin lama semakin berkembang, seiring dengan keinginan manusia untuk mencari terobosan baru. Pada awalnya internet hanya digunakan untuk menampilkan informasi statis bagi pengguna secara umum. Saat ini media internet banyak digunakan sebagai sarana penghubung antara penggunanya, termasuk sistem informasi jarak jauh yang memberikan akses bagi anggotanya. Salah satu perkembangan di dunia internet dapat dilihat dari berbagai situs yang memfasilitasi kebutuhan manusia dalam bertukar informasi. Jenis situs ini lebih dikenal dengan nama situs komunitas. Situs komunitas adalah sebuah situs yang dibuat dengan tujuan memungkinkan pengunjung berkomunikasi secara bersamaan  dalam satu komunitas. Pengunjung dapat berbagi pengalaman, ilmu dan lainnya dengan pengunjung lain di situs ini.
Dari situs komunitas itu dapat berkembang menjadi situs Aplikasi Bimbingan Konseling.  Aplikasi Bimbingan Konseling ini dapat memfasilitasi atau menjembatani komunitas yang ingin berkonsultasi. Dalam dunia nyata, konsultasi dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung. Namun tidak semua orang dapat dipertemukan secara langsung karena keterbatasan jarak dan waktu. Selain itu, ada juga orang yang lebih menyukai car berkonsultasi tanpa bertatap muka langsung. Dengan adanya hal ini dapat memberikan kesempatan bagi individu, komunitas, dan publik  untuk saling berinteraksi hambatan geografis. Fitur-fitur ini, ditambah dengan rendah-biaya relatif dan meningkatkan akses ke komunikasi elektronik, kemungkinan kontributor tren saat ini menuju penyediaan layanan online kesehatan mental melalui Internet. Publikasi terbaru menunjukkan bahwa profesional kesehatan mental yang ragu-ragu untuk memanfaatkan teknologi baru ini dalam memberikan perawatan kesehatan mental untuk klient.

Integrasi teknologi dengan praktek psikoterapi boleh dibilang telah menjadi salah satu topik yang paling keras diperdebatkan di kalangan profesional kesehatan mental dalam 15 tahun terakhir. Beberapa aspek yang lebih sering mencatat perdebatan ini mencakup definisi yang tepat, pertimbangan etika, regulasi dan pelatihan, dan manfaat dan tantangan potensial yang terkait dengan praktek. Sementara diskusi ini dan perdebatan terus dalam literatur akademik dan populer, salah satu titik kesepakatan adalah bahwa secara online pelayanan kesehatan mental sedang berlangsung dan kemungkinan akan berkembang di masa depan (Norcross, Hedges, & Prochaska, 2002). Dalam artikel saat ini, kita akan meninjau aspek yang paling penting dari terapi secara online dan ikhtisar keadaan saat ini penelitian yang relevan.

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara Etimologi Konseling berasal dari bahasa Latin “consilium“ artinya “dengan” atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti”menyerahkan” atau “menyampaikan”. Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu.
Konseling dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk membantu/memberikan layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis. Dengan kata lain Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behavioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making). Dengan demikian seorang konselor perlu didukung oleh pribadi dan keterampilan yang dapat menunjang keefektifan konseling.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami dan disimpulkan bahwa web counseling adalah suatu usaha profesional untuk membantu/memberikan (therapeutic) klien mengatasi masalah dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi, komputer dan internet.

B. The Practice of Online Therapy
Dalam jurnal yang berjudul Online Therapy: Review of Relevant Definitions, Debates, and Current Empirical Support oleh Aaron B. Rochlen, dkk dijelaskan bagaimana proses dalam online therapy, yaitu :
Terapi online adalah perkembangan yang relatif baru bila dibandingkan dengan sejarah panjang terapis memberikan pengobatan melalui surat dan telepon. Hari ini, sebagian besar terapi secara online berlangsung melalui email (Stofle, 2001). E-mail adalah "asynchronous", yang berarti bahwa komunikasi tidak terjadi dalam "real time," melainkan setiap kali para peserta memiliki kesempatan untuk menanggapi satu sama lain. Beberapa terapis menggunakan situs web layanan penuh yang menyediakan pesan aman dan pilihan pemrosesan kartu kredit. Terapis lain hanya bertukar pesan e-mail standar dengan klien. Psikoterapis online telah mengembangkan berbagai pengaturan harga termasuk biaya flat untuk panjang pesan standar, biaya untuk waktu yang dihabiskan membalas, atau paket penawaran untuk sejumlah set e-mail. Kurang umum adalah praktek terapi secara online sinkron yang terjadi secara real time, sering menggunakan gratis, antarmuka berbasis chatting (misalnya, AOL Instant Messenger, ICQ, dll). Sebagai koneksi internet kecepatan tinggi menjadi lebih umum, peningkatan jumlah terapis yang menawarkan sesi konferensi video menggunakan berbagai perangkat lunak dan program yang tersedia. Terapi secara online terjadi dalam berbagai format. Hal ini disediakan sebagai layanan yang berdiri sendiri, tetapi juga digunakan sebagai tambahan untuk kerja tradisional tatap muka klinis (Yager, 2001). Profesional kesehatan mental menemukan banyak cara yang menarik untuk mengintegrasikan layanan online dalam pekerjaan mereka. Akhirnya, perlu dicatat bahwa para profesional kesehatan mental telah berpaling ke Internet untuk menyediakan berbagai layanan, termasuk pengujian online, konseling karir (Boer, 2001), dan situs web informasi sumber daya bagi konsumen (Grohol, 1999).

C. Siapa Cocok untuk menggunakan Terapi Online ?
Salah satu cara untuk mengurangi tantangan terapi online adalah untuk secara hati-hati klien dan bekerja hanya dengan mereka yang akan dapat manfaat dari layanan (Suler et al., 2001). Basis diperluas klien potensial untuk terapi secara online membawa keterbatasan klinis yang dapat dan tidak dapat diobati secara efektif. Stofle (2001) mengemukakan bahwa terapi secara online sangat ideal untuk klien dalam pengaturan rawat jalan, dan pengaturan rawat jalan bahkan mungkin intensif. Namun, hal ini tidak tepat untuk pasien yang dirawat inap atau yang memiliki gangguan kejiwaan yang parah. Isu dan masalah yang berpotensi paling cocok untuk terapi online termasuk pertumbuhan pribadi dan pemenuhan; anak-anak dewasa pecandu alkohol; gangguan kecemasan, termasuk agoraphobia dan fobia sosial; dan citra tubuh dan masalah malu / bersalah. Klien tidak sesuai untuk terapi online termasuk mereka yang memiliki ide bunuh diri, gangguan pikiran, gangguan kepribadian borderline, atau masalah medis dimonitor (Stofle, 2001).
Sama seperti tidak setiap klien sesuai untuk terapi online, juga penting untuk mempertimbangkan mana terapis harus menyediakan layanan online. Paling tidak, terapis online harus nyaman dengan komputer dan berkomunikasi melalui teks. Meskipun atribut kepribadian konselor online yang sukses belum pernah dipelajari, kami berharap bahwa terapis online yang terbaik adalah visualizers kuat dengan kemampuan untuk menjadi fleksibel, sabar, dan kreatif. Tentu saja, faktor yang paling penting adalah bahwa terapis secara online etis memperoleh pelatihan khusus tambahan dalam praktek terapi online, baik melalui belajar-sendiri atau lokakarya formal dan seminar (Anthony & Goss, 2003; Hsiung, 2003). Mereka juga mungkin cenderung untuk berpartisipasi dalam organisasi profesional yang ditujukan untuk praktek kesehatan mental secara online dan telemedicine.

D. Media Konseling via Internet
Konselor dapat bertemu dengan klien dengan menggunakan teknologi. Kondisi ini bertujuan untuk memudahkan konselor dalam membantu kliennya, memberikan kenyamanan kepada klien dalam bercerita dengan menggunakan aplikasi teknologi sebagai penghubung dirinya dengan konselor dengan tanpa harus tatap muka secara langsung. Ifdil (2011) menyebutkan beberapa media yang bisa digunakan diantaranya:
1) Website atau situs
Dalam menyelenggarakan konseling online konselor dapat meyediakan sebuah alamat situ. Situ ini menjadi alamat untuk melakukan praktik online. Sehingga klien yang ingin melakukan konseling online dapat berkunjung ke situs tersebut terlebih dahulu untuk melakukan konseling online. Untuk dapat memiliki website, konselor dapat bekerja sama dengan perusahaan atau para pakar bidang web developer. Konselor dapat memilih bentuk design web yang diinginkan mulai dari html, php dan website menggunakan CMS (Content Management System). Namun penyediaan ini membutuhkan biaya yang cukup besar.

2)  Email
Email merupakan singkatan dari Electronic Mail, yang berarti surat elektronik. Email merupakan sistem yang memungkinkan pesan berbasis teks untuk dikirim dan diterima secara elektronik melalui beberapa komputer atau telepon seluler. Sehingga klien dapat konsultasi  mengenai masalahnya menggunakan tulisan. Karena ada beberapa orang kurang bisa bercerita menggunakan kata-kata langsung.

3) Chatting atau Jejaring Sosial
Chat dapat diartikan sebagi obrolan, namun dalam dunia internet istilah ini merujuk pada kegiatan komunikasi melalui sarana beberapa baris tulisan singkat. Percakapan ini bisa dilakukan dengan saling berinteraktif melalui teks, maupun suara dan video. Berbagai aplikasi dapat digunakan untuk chatting ini seperti skype, messenger, facebook, twitter, dll.

4) Video conferencing
Video conference atau dalam bahasa Indonesia disebut video konferensi atau pertemuan melaui video. Cara ini tergolong sangat efektif karena  sangat menghemat waktu dan tenaga karena kita tidak perlu jauh-jauh datang ke tempat dimana konselor berada.

E. Keuntungan Web Konseling/Terapi
(1) Kenyamanan dan Peningkatan Akses
Salah satu manfaat yang paling sering dikutip terapi online adalah kemudahan dan peningkatan akses untuk kedua klien dan terapis. Terapi online juga memiliki potensi untuk melayani orang-orang dengan mobilitas terbatas, batasan waktu, dan terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan mental. Selain orang-orang yang tinggal di daerah terpencil atau daerah yang tidak memiliki akses ke terapis yang tepat, ada orang yang bekerja, bepergian, dan relokasi di negara-negara di mana mereka tidak akan berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental karena hambatan bahasa. Orang yang cacat fisik, atau pengasuh mereka, mewakili kelompok lain dengan hambatan yang signifikan untuk mengunjungi psikoterapis. Selain itu, calon konsumen yang merasa stigma oleh proses konseling mungkin lebih cenderung untuk mencari bantuan online jika mereka merasa malu awal berkurang ketika mereka tidak dalam kehadiran fisik terapis (Mitchell & Murphy, 1998).

(2) Mendorong Terapi Ekspresi dan Internalisasi
Efek rasa malu komunikasi online telah dibahas secara luas oleh pengamat perilaku Internet (Joinson, 1998). Dalam konteks terapi online, rasa malu dapat mendorong terapi ekspresi dan refleksi diri (Suler, 2002b). Beberapa terapis secara online melaporkan anekdot bahwa berhubungan melalui berbasis teks pengungkapan diri dapat memiliki efek merangsang tingkat tinggi keintiman dan kejujuran dari pertukaran pertama e-mail. Pada saat yang sama, diferensial daya dapat berkurang, karena kedua belah pihak menjadi co-penulis dari wawasan klien. Untuk tujuan ini, dengan adanya masalah dapat dijadikan pembantu dalam internalisasi diri klien. Kedua nilai-nilai terapeutik waktu dihormati ini secara alami ditingkatkan oleh media dan kedekatan / jarak mereka yang terlibat di dalamnya. Klien dapat selalu (bahkan bertahun-tahun maka) kembali membaca, berlatih, dan memperkuat solusi dan resolusi yang terkandung dalam surat-menyurat.

(3) Zona Refleksi
Komunikasi terapi online dapat memiliki keuntungan potensial dari peningkatan refleksi diri dan kepemilikan dari proses terapi yang diperoleh melalui tindakan menulis.Setelah kontak yang sedang berlangsung antara klien dan terapis telah didirikan, ada kesempatan bagi kedua belah pihak untuk memasukkan apa Suler (2002b) disebut "zona refleksi." Misalnya, dalam pertukaran e-mail asynchronous, proses normal terapi dimediasi oleh teks, yang memungkinkan kedua penulis untuk memperhatikan proses mereka sendiri sementara masih terlibat dalam dialog. Ada juga mungkin rasa yang disempurnakan penahanan emosional, sebagai klien mampu mengatur kecepatan, nada, volume, dan parameter keterbukaan diri (Suler, 2000).

(4) Menulis adalah Terapi
Proses kontemplatif menulis tentang masalah seseorang atau konflik mungkin dalam dan dari dirinya sendiri menjadi terapi untuk beberapa klien (Murphy & Mitchell, 1998). Bahkan, Pennebaker (1997) memberikan bukti empiris bahwa menulis tentang pengalaman emosional umumnya membantu. Penelitian ini dapat secara logis diperpanjang untuk keuntungan kemungkinan praktek terapi online. Sebagai salah satu praktisi secara online diamati, "Dalam sebuah sesi di-orang, Anda mungkin berbicara selama satu jam dan tidak sampai ke inti permasalahan. Sebaliknya, klien terapi online dapat duduk diam selama satu jam dan kemudian mengatakan lebih dalam satu baris diketik daripada dia pernah mengungkapkan kepada siapa pun. "

(5) Telepresence dan Transferensi
Ketika kondisi di kedua sisi dialog meningkatkan keuntungan dijelaskan sebelumnya, maka ikatan berbasis teks memungkinkan klien dan terapis untuk mengalami "telepresence." Ini adalah perasaan (atau ilusi) berada di hadapan seseorang tanpa berbagi apapun segera fisik ruang (Fink, 1999). Beberapa pendukung terapi secara online mengklaim bahwa pembicaraan textonly membawa klien masa lalu mengganggu, aspek superfisial keberadaan seseorang dan menghubungkan orang lebih langsung ke jiwa lain (Suler, 2002a).

(6) Hypertextuality dan Multimedia
Keuntungan lain dari terapi online adalah kemampuan untuk menggunakan kekuatan internet untuk memberi makan bahan tambahan yang relevan dengan klien dengan cepat dan mudah. Link ke situs informational. Web, klip video, dokumen, dan alat-alat penilaian yang mudah disediakan melalui semua modalitas terapi online. Sedangkan terapi tradisional berlangsung di kantor terapis, membatasi terapis ke sumber daya apa pun yang dia punya di rak buku, terapi secara online selalu terjadi dalam konteks dengan sumber daya tak terbatas (Grohol, 2000).

F. Tantangan Yang Dihadapi Dalam Melakukan Web Konseling
(1) Kehilangan Bahasa nonverbals
Salah satu tantangan yang sering tercatat proses terapi online adalah kurangnya isyarat visual. Tidak ada akses ke perilaku nonverbal (yang selain melaporkan) yang tak dapat disangkal bahan penting dalam proses konseling. Keterbatasan ini dapat mengesampingkan pendekatan terapi yang sangat pengalaman yang memerlukan di-orang kehadiran (Alleman, 2002).

(2) Kesalah pahaman
Selain itu, terapi secara online menciptakan potensi kesalahpahaman dalam ketiadaan klarifikasi spontan. Klien dengan kekuatan ego yang buruk atau kecenderungan paranoid mungkin menderita dari hilangnya isyarat visual dan auditori meyakinkan. Untuk terapis kurang pelatihan yang tepat dalam komunikasi berbasis teks, informasi penting tentang klien dapat tetap "yang tersirat," dengan masalah nyata menghindari penilaian. Peningkatan ruang untuk kesalahan dalam penilaian online membuat diagnosis tradisional hampir tidak mungkin dan membatasi dokter untuk membuat hipotesis sementara (Childress, 1998).

(3) Time Delay
Tantangan teknis lainnya adalah bahwa terapi online yang dilakukan melalui e-mail, misalnya, adalah asynchronous dan memiliki built-in waktu tunda mengubah sifat dari proses konseling. Klien mungkin bertanya-tanya tentang makna keterlambatan dijelaskan dalam menanggapi terapis. Pada akhirnya, meskipun waktu tunda bisa baik (waktu untuk memikirkan dan mencerna tanggapan), juga dapat meningkatkan kecemasan, yang mengarah ke apa yang Suler (2002a) disebut "fenomena lubang hitam."

(4) Keterampilan Deficiency
Kedua terapis dan klien harus penulis cukup baik dan juru ketik, dan harus melek komputer untuk mengelola media (Stofle, 2001; Zack, 2002). Efektivitas terapi secara online bisa hilang pada mereka yang tidak nyaman mengekspresikan diri secara tertulis. Media muncul paling cocok untuk mereka yang menghargai ditulis ekspresi diri dan memiliki kemandirian kreatif yang diperlukan untuk mengangkat akhir mereka dari dialog tertulis (Mitchell & Murphy, 1998).

(5) Krisis Intervensi
Perhatian diperdebatkan lain mencatat tentang terapi secara online berkaitan dengan bagaimana terapis menangani krisis. Beberapa penulis telah menyarankan ada masalah signifikan yang dapat muncul ketika klien menjadi bunuh diri / membunuh atau terapis jika tidak khawatir tentang keselamatan klien (Mitchell & Murphy, 1998). Para penulis ini mencatat bahwa tidak ada kepastian respon e-mail langsung dari terapis, sehingga kemampuan untuk andal menangani krisis yang menantang, jika tidak mustahil. Sebaliknya, Fenichel et al. (2002) menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan terapi secara online tidak dapat dilakukan dengan klien dalam krisis juga tidak lebih sulit dalam menemukan klien dalam terapi online dibandingkan dengan hotline telepon pekerjaan klinis.

(6) Bentrokan budaya
Teknologi dapat menyebabkan beberapa terapis untuk mengadopsi "blanche carte" pendekatan persimpangan sembarangan budaya, zona waktu, dan sistem sosial. Jika muncul hubungan terapi yang rentan terhadap konflik kepentingan, kesalahpahaman, atau kompromi kebutuhan klien, maka kemudahan akses mungkin terbukti menjadi pertimbangan sekunder.

(7) Identitas
Memverifikasi identitas klien dapat menjadi tantangan bagi terapi online. Ini adalah alasan lain mengapa terapi profesional online sering membuat identifikasi dan informasi kontak darurat prasyarat untuk asupan. Sebagian besar situs web membutuhkan password sebelum klien dapat mengakses sistem komunikasi interaktif Web-situs (Childress, 1998).

(8) Keamanan
Masalah umum lainnya adalah kerahasiaan komunikasi dan catatan klien. Tanpa tindakan pencegahan khusus, ada sejumlah masalah keamanan kunci dalam proses konseling online (Zack, 2004). Teknologi memiliki potensi untuk menyimpan catatan klien lebih aman daripada sistem konvensional, tetapi tanpa kesadaran protokol Internet dan pemanfaatan solusi enkripsi, terapis online dapat secara tidak sengaja meningkatkan risiko membocorkan informasi sensitif (Grohol, 1999).

Berikut adalah salah satu video mengenai psikoterapi melalui skype, yang akan dijelaskan oleh ahlinya ^^


PENUTUP

Internet telah berkembang jauh melampaui menjadi alat dasar untuk memperoleh informasi, untuk memenuhi kebutuhan khusus untuk sub-kelompok individu. Pada awalnya internet hanya digunakan untuk menampilkan informasi statis bagi pengguna secara umum. Namun sekarang, di bidang kesehatan psikologis, internet tidak hanya digunakan untuk mengumpulkan informasi kesehatan mental oleh orang yang menderita penyakit psikologis, tetapi juga menjadi sarana yang signifikan untuk memberikan terapi psikologis. Diharapkan agar para konselor dapat menggunakan kemajuan teknologi ini untuk membentuk sebuah terobosan baru dalam memudahkan masyarakat dalam melakukan konseling atau terapi via web.


Sumber :
Rochlen B., Aaron, dkk. (2004). Online Therapy: Review of Relevant Definitions, Debates, and Current Empirical Support. Journal Of Clinical Psychology, Vol. 60, 269–283.
G.S.D., Juniawan, dkk. (2008). Aplikasi Bimbingan Konseling Berbasis Web.  Jurnal Elektro, Vol. 1, No.1, 49-60.
Ifdil. (2013). Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-Konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan, Vol.1 No.1, 15-21.


*Kerangka penyusunan review jurnal :

Sabtu, 25 Oktober 2014

#PINTERNET Internet Addiction [Review Jurnal]




Review Jurnal Mengenai Internet Addiction


ABSTRAK
Internet addiction merupakan fenomena yang mencemaskan dan menarik perhatian Internet telah membuat remaja kecanduan, karena menawarkan berbagai informasi, permainan, dan hiburan. Hal ini ditandai rasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, menjadi cemas dan bosan ketika harus melalui beberapa hari tanpa internet. Pecandu internet tidak dapat menghentikan keinginan untuk online sehingga kehilangan kontrol dari penggunaan internet dan kehidupannya. Pada umumnya di Indonesia tingkat penyalahgunaan internet semakin meningkat dimana penggunaan internet tersebut memiliki kecenderungan membuat penggunanya asyik di depan komputer hingga melupakan waktu. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengguna internet dapat beresiko mengalami kecanduan internet (internet addiction), dimana internet menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi.

PENDAHULUAN
Internet merupakan media komunikasi dan informasi modern yang dapat dimanfaatkan secara global oleh pengguna diseluruh dunia dalam interkoneksi antar jaringan komputer yang terbentuk melalui sarana berupa penyedia akses (provider) internet, sehingga internet sebagai media informasi dapat menjadi sarana yang efektif dan efisien untuk melakukan pertukaran dan penyebaran informasi tanpa terhalang oleh jarak, perbedaan waktu dan juga faktor geografis bagi seseorang yang ingin mengakses informasi. Namun dengan kemajuan teknologi informasi sekarang ini hampir setiap hari, jam, bahkan menit masyarakat cenderung asik dengan berinternetan ria. Mulai dari mengerjakan tugas/pekerjaan atau bahkan hanya mengecek sosial media mereka.
Menurut Pusat Internet Addiction Recovery website (ironic), penelitian telah menunjukkan bahwa semakin banyak orang di seluruh dunia telah menjadi kecanduan aktivitas online seperti game, perjudian dan browsing. Di Indonesia tingkat penyalahgunaan internet semakin meningkat seperti menyebar luasnya situs-situs pornografi, dan situs-situs yang cenderung bersifat kekerasan, dimana penggunaan internet tersebut memiliki kecenderungan membuat penggunanya asyik di depan komputer hingga melupakan waktu. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengguna internet dapat beresiko mengalami kecanduan internet (internet addiction), dimana internet menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi.
Individu yang mengalami kecanduan internet, terlalu asyik dengan dunianya sendiri sehingga tidak perduli dengan orang lain dan lingkungan di sekitar. Efek dari kecanduan internet dapat dilihat dalam bidang akademik, hubungan (relationship), pekerjaan (occupational), keuangan (financial), fisik, dan mendapatkan masalah psikologi yang serius di kemudian hari. Tidak seperti orang dewasa yang pada umumnya sudah mampu memfilter hal-hal yang baik ataupun buruk, remaja sebagai salah satu pengguna internet selain belum mampu memilih aktivitas internet yang bermanfaat, mereka juga cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial mereka tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif dan negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu. Untuk itu perlu adanya sistem yang dapat mendukung para pakar atau para ahli psikolog dalam hal mencegah dan mendiagnosis dini agar efek yang ditimbulkan tidak merugikan remaja tersebut. Pengetahuan sistem pakar direpresentasikan dalam format tertentu, dan dihimpun dalam suatu basis pengetahuan. Basis pengetahuan ini selanjutnya dipakai sistem pakar untuk menentukan penalaran atas problema yang dihadapinya.

PEMBAHASAN
Internet addiction merupakan suatu gangguan psikofisiologis yang meliputi tolerance (penggunaan dalam jumlah yang sama akan menimbulkan respon minimal, jumlah harus ditambah agar dapat membangkitkan kesenangan dalam jumlah yang sama), whithdrawal symptoms (khususnya menimbulkan termor, kecemasan, dan perubahan mood), gangguan afeksi (depresi, sulit menyesuaikan diri), dan terganggungnya kehidupan sosial (menurun atau hilang sama sekali, baik dari segi kualitas maupin kuantitas). Internet addiction diartikan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak online di internet dalam.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa internet addiction adalah penggunaan internet yang bersifat patologis, yang ditandai dengan ketidakmampuan individu untuk mengontrol waktu menggunakan internet, merasa dunia maya lebih menarik dibandingkan kehidupan nyata, dan mengalami gangguan dalam hubungan sosialnya.

A. Penyebab Internet Addiction
Ferris mengungkapkan penyebab seseorang mengalami internet addiction dilihat dari berbagai pandangan, yaitu:
1. Pandangan Behavioris
Menurut pandangan behavior, internet addiction didasari oleh teori B.F Skinner mengenai operant conditioning, individu mendapatkan reward positif, negatif, atau hukuman atas apa yang dilakukannya.

2. Pandangan Psikodinamika dan Kepribadian
Pandangan ini mengemukakan addiction berkaitan antara individu tersebut dengan pengalamannya. Tergantung pada kejadian pada masa anak-anak yang dirasakan individu tersebut saat masih anak-anak dan kepribadiannya yang terus berkembang, yang juga mempengaruhi perkembangan suatu perilaku addictive, ataupun yang lainnya.

3. Pandangan Sosiokultural
Pandangan sosiokultural menunjukkan ketergantungan ini tergantung pada ras, jenis kelamin, umur, status ekonomi, agama, dan negara.

4. Pandangan Biomedis
Pandangan ini menekankan pada adanya faktor keturunan dan kesesuaian, antara keseimbangan kimiawi antara otak dan neurotrasmiter. Dimana pasien ketergantungan obat-obatan yang membutuhkan penyeimbangan zat kimia pada otaknya, atau individu yang memiliki kecenderungan terlibat dalam perjudian.

B. Karakteristik Internet Addiction

  • Kecanduan internet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli jiwa bernama Ivan Goldberg. Jenis kecanduan internet ada tiga yaitu; bermain games yang berlebihan, kegemaran seksual dan e-mail/pesan teks (chatting). Sedangkan gejala-gejala kecanduan internet adalah sebagai berikut:
a. Sering lupa waktu
Mengabaikan hal-hal yang mendasar saat mengakses internet terlalu lama. Orang yang kecanduan internet bisa tidak makan atau minum, lupa waktu sholat, belajar, sekolah atau bekerja.

b. Gejala menarik diri
Seperti merasa marah, tegang, atau depresi ketika internet tidak bisa diakses. Mereka akan bete, kesal bahkan stress jika tidak bisa online karena berbagai alasan.

c. Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan.
Semakin lama jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengakses internet terus bertambah.

d. Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki.
Mereka akan mengganti komputer atau gadget untuk mengakses internet dengan yang lebih baik dan aplikasi terbaru pasti akan terus diburu.

e. Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan.
Ini merupakan dampak negatif dari penggunaan Internet yang berkepanjangan. Gejala ini sama seperti gejala yang ada pada kecanduan narkoba.


  • Menurut Griffiths (2005) telah mencantumkan enam dimensi untuk menentukan apakah individu sudah digolongkan sebagai pecandu internet. Dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Salience.
Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu (preokupasi atau gangguan kognitif), perasaan (merasa sangat butuh), dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial).

2. Mood modification.
Keterlibatan yang tinggi saat menggunakan internet. Dimana terdapat perasaan senang dan tenang (seperti menghilangkan stress) saat perilaku kecanduan itu muncul.

3. Tolerance.
Merupakan proses dimana terjadinya peningkatan jumlah penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. Demi mencapai kepuasan, jumlah penggunaan internet meningkat secara mencolok. Kepuasaan yang diperoleh dalam menggunakan internet secara terus menerus dalam jumlah waktu yang sama akan menurun secara mencolok, dan untuk memperoleh pengaruh yang sama kuatnya seperti sebelumnya, maka individu secara berangsur-angsur harus meningkatkan jumlah pemakaian agar tidak terjadi toleransi, contohnya pemain tidak akan mendapatkan perasaan kegembiraan yang sama seperti jumlah waktu pertama bermain sebelum mencapai waktu yang lama.

4. Withdrawal symptoms.
Merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan dan hal ini berpengaruh pada fisik seseorang, perasaan dan efek antara perasaan dan fisik (seperti, pusing, insomnia) atau psikologisnya (misalnya, mudah marah atau moodiness).

5. Conflict.
Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet dengan lingkungan sekitarnya (konflik interpersonal), konflik dalam tugas lainnya (pekerjaan, tugas, kehidupan sosial, hobi) atau konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri (konflik intrafisik atau merasa kurangnya kontrol) yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet. 6. Relapse. Hal ini terjadi ketika individu kembali bermain internet, saat individu tersebut belum sembuh dari perilaku kecanduannya.


  • Menurut Beart dan Wolf (2001), ada kriteria yang harus dimiliki agar seseorang dapat diklasifikasikan sebagai pecandu internet. Kriteria kecanduan internet yang dapat diuji di dalam penelitian ini adalah :
1. Pikiran yang terpreokupasi internet
Bermain internet berjam-jam menimbulkan keasyikan tersendiri, perasaan senang secara berlebihan membuat seseorang menunda makan, atau makan menjadi tidak teratur.

2. Waktu penggunaan internet semakin bertambah demi pemenuhan kepuasan diri
Bermain internet melebih 8 jam dalam sehari akan menyita banyak waktu, apalagi bila waktu online di mulai malam hari akan menyita waktu tidur.

3. Pernah mencoba namun gagal untuk mengendalikan, mengurangi atau berhenti menggunakan internet.
Bermain internet dan komputer beberapa jam akan menimbulkan kelelahan, apalagi bila melebihi 8 jam setiap harinya. Beberapa penelitian mengenai pengaruh komputer terhadap kesehatan secara berlebihan masih dalam penelitian lebih lanjut, sakit kepala, kelelahan pada mata, sakit pada sendi tangan, pegal, dsb merupakan keluhan-keluhan yang sering ditemukan pada pengguna komputer. Gangguan ini sering disebut dengan Computer Vision Syndrome (CVS) .

4. Tidak tenang, moody, depresif, dan mudah teriritasi
Seorang psikiater dari New York University, Dr. Joel Gold, menemukan adanya gangguan kejiwaan pada individu yang teradiktif internet, ia menyebutnya sebagai Truman Show Delusion, beberapa ahli lain menyebutnya sebagai internet delusion. Perilaku ini seperti gangguan delusi pada umumnya, individu seperti merasa dimatai-matai, berbicara sendiri menyangkut internet, pikiran yang tenggelam dengan dunia maya.

5. Aktivitas online melebihi waktu yang direncanakan
Banyak individu yang teradiktif mengatakan akan bermain online hanya sebentar saja, namun mereka justru online sampai beberapa jam atau hampir setengah hari, akibatnya banyak waktu yang terbuang, sementara

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Internet Addiction

Faktor-faktor yang mempengaruhi internet addiction diantaranya :
1. Gender
Gender mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab individu tersebut mengalami internet addiction. Laki-laki tertarik pada hal-hal yang dapat menunjukkan dominasinya dan fantasi seksual online, contohnya game online, situs porno, dan perjudian online. Sedangkan perempuan tertarik pada membina hubungan lebih akrab, hubungan romantis, dan lebih suka berkomunikasi dengan menyembunyikan identitasnya, contohnya chatting, eBay dan berbelanja online. Hal ini menunjukkan bahwa atribut gender juga sama-sama berperan dalam dunia internet sebagaimana stereotipe antara lakilaki dan perempuan di dunia nyata.

2. Kondisi psikologis
Survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 50% individu yang mengalami internet addiction juga mengalami kecanduan pada hal lain, seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok dan seks. Internet addiction menimbulkan masalah-masalah emosional seperti depresi, dan gangguan kecemasan dan seringkali menggunakan dunia fantasi di internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stres. Berdasarkan hasil survey ini juga, diperoleh bahwa 75% individu tersebut mulai menggunakan aplikasiaplikasi online yang bersifat interaktif seperti chat rooms, instant messaging, dan games online.

3. Kondisi sosial ekonomi
Individu yang sudah bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami internet addiction dibandingkan dengan individu yang belum bekerja memiliki fasilitas internet di kantornya dan juga memiliki sejumlah gaji yang memungkinkan individu tersebut memiliki fasilitas komputer dan internet juga dirumahnya, dibandingkan dengan individu yang belum bekerja. Tujuan dan waktu menggunakan internet Tujuan menggunakan internet akan menentukan sejauhmana individu tersebut akan mengalami internet addiction, terutama dikaitkan terhadap banyaknya waktu yang dihabiskan sendirian didepan komputer. Individu yang menggunakan ineternet untuk tujuan pendidikan, misalnya pada pelajar dan mahasiswa akan lebih banyak menghabiskan waktunya menggunakan internet. Bagitu juga individu yang menggunakan internet untuk tujuan pekerjaan, terutama pekerja yang ahli komputer, sistem analis, dan sebagainya. Umumnya, individu yang menggunakan internet cukup jelas, dan bukan digunakan sebagai upaya untuk mengatasi atau melarikan diri dari masalahmasalah yang dihadapinya di kehidupan nyata atau sekedar hiburan, misalnya kesulitan membangun hubungan sosial, ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangga, dan sebagainya.


D. Mengatasi Kecanduan Internet

Sebagian pecandu internet mulai dapat menguasai dirinya setelah suatu masa lepas kendali. Di antara pecandu, ada yang dapat melepaskan dirinya setelah yang bersangkutan dihadapkan pada pilihan yang sulit, antara memilih internet atau memilih pasangan dan keluarganya. Namun kebanyakan pecandu tetap tidak bisa melepaskan diri dari kecanduannya dalam kurun waktu yang panjang. Pada umumnya pecandu internet justru memilih berinternet dan mengorbankan hal lainnya, termasuk karier, keluarga, atau studinya. Karena kompleksnya permasalahan kecanduan internet, pemutusan siklus kecanduan perlu pendekatan yang bersifat multidimensional dan penanganan secara terpadu. Berikut adalah terapi patologis untuk pecandu internet :

1.) Practice the Opposite
Sebuah reorganisasi bagaimana waktu seseorang dikelola adalah elemen utama dalam pengobatan pecandu internet. Oleh karena itu, dokter harus mengambil beberapa menit dengan pasien untuk mempertimbangkan kebiasaan saat menggunakan Internet. Dokter harus meminta pasien,
(a) Apa hari dalam seminggu anda biasanya log on-line?
(b) Jam berapa hari Anda biasanya mulai?
(c) Berapa lama Anda tinggal di selama sesi khas?
(d) Di mana Anda biasanya menggunakan komputer?
Setelah dokter telah dievaluasi sifat khusus dari pasien penggunaan Internet, perlu untuk membangun jadwal baru dengan klien. Tujuan dari latihan ini adalah agar  pasien kembali ke rutinitas normal mereka dan kembali beradaptasi-pola waktu baru digunakan dalam upaya untuk menghentikan kebiasaan on-line. Sebagai contoh, katakanlah kebiasaan Internet pasien melibatkan memeriksa e - mail hal pertama di pagi hari. Sarankan agar pasien mandi atau mulai sarapan pertama bukan log on. Atau, mungkin pasien hanya menggunakan internet di malam hari, dan memiliki pola mapan pulang dan duduk di depan komputer untuk sisa malam. Dokter mungkin menyarankan kepada pasien untuk menunggu sampai setelah makan malam dan berita sebelum log on. Jika ia menggunakan setiap hari kerja, memiliki dia menunggu sampai akhir pekan, atau jika ia adalah pengguna sepanjang akhir pekan, memiliki shift hanya hari kerja.

2.) External Stoppers
Teknik sederhana lain adalah dengan menggunakan hal-hal konkret bahwa pasien perlu dilakukan untuk menjadi sebagai prompters untuk membantu log off. Jika pasien harus berangkat kerja pukul 7:30 am, dia log in di 6:30, meninggalkan tepat satu jam sebelum waktunya untuk berhenti. Bahaya dalam hal ini adalah pasien dapat mengabaikan alarm alami seperti. Jika demikian, jam alarm nyata atau waktu telur dapat membantu. Tentukan waktu yang pasien akan mengakhiri sesi Internet dan diatur alarm dan memberitahu pasien untuk tetap dekat komputer. Ketika kedengarannya, sekarang saatnya untuk log off.

3.) Setting Goals
Banyak upaya untuk membatasi penggunaan internet gagal karena pengguna bergantung pada rencana untuk memangkas jam tanpa menentukan kapan mereka tersisa slot on-line akan datang. Untuk menghindari kambuhnya kecanduan internet, sesi terstruktur harus diprogram untuk pasien dengan menetapkan tujuan yang wajar, mungkin 20 jam, bukan arus 40. Lalu, jadwal dua puluh jam dalam slot waktu tertentu dan menulis mereka ke kalender atau perencana mingguan. Pasien harus menjaga sesi Internet singkat tapi sering. Ini akan membantu menghindari nafsu dan penarikan. Sebagai contoh jadwal 20 jam, pasien mungkin berencana untuk menggunakan internet dari 8 sampai 10 pm setiap hari kerja, dan 1 sampai 6 pada hari Sabtu dan Minggu. Atau jadwal 10 jam baru mungkin termasuk dua sesi hari kerja dari 8:00-23:00, dan 08:30-12:30 memperlakukan pada hari Sabtu. Memasukkan jadwal nyata dari penggunaan internet akan memberikan pasien rasa berada dalam kontrol, daripada membiarkan Internet untuk mengambil kendali.

4.) Abstinence
Dalam clinical assessment, aplikasi tertentu seperti chat rooms,  games interaktif, kelompok-kelompok baru, atau World Wide Web mungkin yang paling bermasalah bagi pasien. Jika aplikasi tertentu telah diidentifikasi dan moderasi itu telah gagal, maka pantang dari aplikasi itu adalah intervensi yang tepat berikutnya. Pasien harus menghentikan semua aktivitas di sekitar aplikasi tersebut. Ini tidak berarti bahwa pasien tidak bisa terlibat dalam aplikasi lain yang mereka temukan untuk menjadi kurang menarik atau mereka dengan penggunaan yang sah. Seorang pasien yang menemukan chat room adiktif, mungkin harus pantang mereka. Namun, pasien yang sama ini dapat menggunakan e-mail atau surfing World Wide Web untuk membuat reservasi penerbangan atau berbelanja untuk sebuah mobil baru. Contoh lain mungkin menjadi pasien yang menemukan World Wide Web adiktif dan mungkin harus pantang itu. Namun, pasien yang sama ini mungkin dapat memindai kelompok berita yang terkait dengan topik yang menarik tentang politik, agama, atau peristiwa saat ini. Pantang yang paling berlaku untuk pasien yang juga memiliki sejarah kecanduan sebelumnya seperti alkoholisme atau penggunaan narkoba. Pasien dengan riwayat premorbid alkohol atau kecanduan obat sering menemukan internet secara fisik "​​aman" kecanduan pengganti. Oleh karena itu, pasien menjadi terobsesi dengan penggunaan internet sebagai cara untuk menghindari kambuh di minum atau penggunaan narkoba. Namun, saat pasien membenarkan Internet adalah "aman" kecanduan, dia masih menghindari berurusan dengan kepribadian kompulsif atau situasi yang tidak menyenangkan memicu perilaku adiktif. Dalam kasus ini, pasien mungkin merasa lebih nyaman bekerja menuju tujuan pantang pemulihan sebelum mereka terlibat model ini. Menggabungkan strategi masa lalu yang telah berhasil untuk pasien ini akan memungkinkan mereka untuk secara efektif mengelola Internet sehingga mereka dapat berkonsentrasi pada masalah yang mendasari mereka.

5.) Reminder Cards
Seringkali pasien merasa kewalahan karena, melalui kesalahan dalam pemikiran mereka, mereka membesar-besarkan kesulitan mereka dan meminimalkan kemungkinan tindakan korektif. Untuk membantu pasien tinggal terfokus pada tujuan baik pengurangan penggunaan atau berpantang dari aplikasi tertentu, telah pasien membuat daftar, (a) lima masalah utama yang disebabkan oleh kecanduan internet, dan (b) lima manfaat besar bagi menebang menggunakan Internet atau berpantang dari aplikasi tertentu. Beberapa masalah yang mungkin terdaftar seperti kehilangan tim ew engan pasangan kita, argumen di rumah, masalah di tempat kerja, atau nilai yang buruk. Beberapa manfaat mungkin, menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasangan kita, lebih banyak waktu untuk melihat teman-teman kehidupan nyata, tidak ada lagi argumen di rumah, meningkatkan produktivitas di tempat kerja, atau peningkatan nilai. Yakinkan pasien bahwa itu adalah layak untuk membuat daftar keputusan mereka sebagai luas dan mencakup semua mungkin, dan sejujur ​​mungkin. Semacam ini penilaian yang jelas-berpikiran konsekuensi adalah keterampilan yang berharga untuk belajar, yang pasien butuhkan kemudian, setelah mereka telah ditebang atau cukup Internet, untuk pencegahan kambuh.

6.) Personal Inventory
Apakah pasien sedang mencoba untuk mengurangi atau menjauhkan diri dari aplikasi tertentu, itu adalah waktu yang baik untuk membantu pasien menumbuhkan alternatif kegiatan. Klinisi harus memiliki pasien mengambil inventaris pribadi dari apa yang dia telah mengurangi, atau dipotong, karena waktu yang dihabiskan di Internet. Mungkin pasien menghabiskan lebih sedikit waktu hiking, golf, memancing, berkemah, atau kencan. Mungkin mereka telah berhenti pergi ke permainan bola atau mengunjungi kebun binatang, atau menjadi sukarelawan di gereja. Mungkin itu adalah kegiatan yang pasien selalu menunda berusaha, seperti bergabung dengan pusat kebugaran atau menunda menelepon seorang teman lama untuk mengatur untuk makan siang. Dokter harus menginstruksikan pasien untuk membuat daftar setiap kegiatan atau praktek yang telah diabaikan atau dibatasi karena kebiasaan on-line muncul. Sekarang memiliki peringkat pasien masing-masing pada skala berikut: 1 - Sangat Penting, 2 - Penting, atau 3 - Tidak Sangat Penting. Dalam Peringkat kegiatan ini hilang, memiliki pasien benar-benar mencerminkan bagaimana kehidupan itu sebelum Internet. Secara khusus, memeriksa "Sangat Penting" peringkat kegiatan. Tanyakan pada pasien bagaimana kegiatan ini meningkatkan kualitas hidupnya. Latihan ini akan membantu pasien menjadi lebih sadar akan pilihan ia telah dibuat tentang Internet dan menghidupkan kembali kegiatan hilang setelah menikmati. Ini akan sangat membantu bagi pasien yang merasa gembira ketika terlibat dalam kegiatan on-line dengan memupuk perasaan menyenangkan tentang kegiatan kehidupan nyata dan mengurangi kebutuhan mereka untuk menemukan pemenuhan emosional on-line.

7.) Support Groups
Beberapa pasien mungkin didorong menuju penggunaan adiktif Internet karena kurangnya dukungan sosial kehidupan nyata. Young (1997) menemukan bahwa on-line dukungan sosial memberikan kontribusi untuk perilaku adiktif di antara mereka yang hidup gaya hidup kesepian seperti ibu rumah tangga, single, orang cacat, atau pensiun. Studi ini menemukan bahwa orang-orang menghabiskan waktu yang lama di rumah sendirian beralih ke aplikasi interaktif on-line seperti chat room sebagai pengganti kurangnya dukungan sosial kehidupan nyata. Selanjutnya, pasien yang baru saja mengalami situasi seperti kematian orang yang dicintai, perceraian, atau kehilangan pekerjaan dapat merespon Internet sebagai selingan jiwa dari masalah kehidupan nyata mereka (Young, 1997c). Penyerapan mereka di dunia on-line sementara membuat masalah seperti memudar ke latar belakang. Jika penilaian peristiwa kehidupan menyingkap adanya situasi maladaptif atau tidak menyenangkan seperti itu, pengobatan harus fokus pada peningkatan kehidupan nyata jaringan dukungan sosial pasien. Dokter harus membantu klien menemukan kelompok pendukung sesuai yang terbaik alamat situasinya nya.

8). Family Therapy
Terakhir, terapi keluarga mungkin diperlukan antara pecandu yang pernikahan dan hubungan keluarga telah terganggu dan negatif dipengaruhi oleh kecanduan internet. Intervensi bersama keluarga harus fokus pada beberapa bidang utama:
(a) mendidik keluarga tentang bagaimana internet bisa menjadi adiktif,
(b) mengurangi menyalahkan perilaku pecandu,
(c) meningkatkan komunikasi terbuka tentang masalah yang timbul di keluarga sehingga tidak mendorong pecandu untuk mencari pemenuhan psikologis kebutuhan emosional didunia internet, dan
(d) mendorong keluarga untuk membantu dengan pemulihan pecandu seperti mencari hobi baru, mengambil liburan panjang, atau mendengarkan perasaan pecandu. Sebuah rasa yang kuat dukungan keluarga dapat memungkinkan pasien untuk pulih dari kecanduan internet.


Selain cara menanggulangi kecanduan internet (internet addiction) diatas, terdapat juga beberapa cara mudah untuk mengurangi kecanduan internet yang akan dibahas dalam video ini ^^ 


PENUTUP
Dewasa ini, internet sudah merupakan bagian dari hidup kita. Sebagian besar orang didunia pasti hampir setiap hari menggunakan internet, karena banyak manfaat dan kegunaan yang dapat dirasakan ketika menggunakan internet. Namun, kita harus juga dapat mengontrol diri jangan sampai kita menjadi pecandu internet dan jangan sampai internetlah yang mengontrol kehidupan kita. Kita harus bersikap bijaksana dalam menggunakan internet. Karena sesuatu yang berlebihan itu akan menjadi tidak baik. 


Sumber :
Young, Kimberly S. (1999). Internet Addiction: Symptoms, Evaluation, And Treatment. Innovations in Clinical Practice. Vol. 17, 1-17.
Nurmandia, Heny, Denok Wigati, Dan Luluk Masluchah. (2013). Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi Dengan Kecanduan Jejaring Sosial. Jurnal Penelitian Psikologi. Vol. 04, 107-119.
Elfa, Fatina Fachraini. (2011). Membangun Sistem Pakar Untuk Melakukan Diagnosis Kecanduan Internet (Internet Addiction) Dengan Metode Forward Chaining. Program Studi Ekstensi S1 Ilmu Komputer. Vol. 01, 10-27.